Tak Semua yang Organik Harus Mahal
Bukan rahasia lagi, pangan organik memang memberikan banyak manfaat kesehatan. Namun, sebagian orang masih takut memasukkan pangan organik dalam menu makanan harian karena harganya yang dinilai selalu jauh lebih mahal dari yang lainnya.
"Image [citra] organik itu mahal, sesuatu yang berat banget. Orang menganggap harganya melonjak jauh [dari pangan biasa]," ujar Ali Abdullah, salah satu pendiri Warung Sehat 1000 Kebun, di sela gelaran Modena for Earth di Jakarta, Kamis (22/4).
Stigma ini begitu melekat di masyarakat, terlebih masyarakat urban. Ali menyadari bahwa pangan organik yang tersedia di pasaran, terutama supermarket, harganya memang selangit. Namun, stigma ini ingin dihapusnya lewat kehadiran Warung Sehat 1000 Kebun, warung organik inisiatif dari Komunitas 1000 Kebun.
Komunitas sendiri ada berawal dari kesamaan hobi berkebun 7-8 warga perumahan Arcamanik, Kota Bandung , Jawa Barat. Tak hanya kesamaan hobi, tetapi juga keinginan serupa untuk mengonsumsi pangan sehat dari kebun sendiri.
"Dari hobi, kami ingin mendapat pangan sehat. Kami punya cerita, orang tua kami itu di masa tuanya enggak sehat, kebanyakan menghabiskan waktu di rumah sakit. Rapotnya banyak merahnya. Kami melihat, ini, sih, dari pola makan, pola hidup tentunya pengaruh," jelasnya.
Awalnya, Ali bersama yang lainnya terbiasa membeli pangan organik. Lama-kelamaan mereka menyadari ternyata ada banyak keuntungan jika mereka menanamnya sendiri. "Ada perasaan yang sangat menyenangkan dan menyehatkan. Kan, kita gerak," katanya.
Kesenangan menanam dan memperoleh panen ternyata menumbuhkan keinginan warga lain untuk melakukan hal serupa. Dari 7-8 orang, komunitas berkembang makin banyak dan luas. Tumbuh kebun-kebun komunitas milik RT. Tidak hanya di perumahan Arcamanik, anggota komunitas juga tersebar di seluruh Indonesia.
Dua tahun kemudian, tepatnya pada tahun 2017, Warung Sehat 1000 Kebun berdiri untuk menularkan gaya hidup sehat dengan pangan organik. Warung mempertemukan petani, artisan lokal yang bergerak di pangan organik, dan konsumen sehingga menciptakan akses terhadap pangan organik. Di sini, konsumen bisa memperoleh pangan organik dengan harga jauh lebih murah dari harga di supermarket karena warung memperoleh langsung dari petani.
"Petani bisa mendapat harga yang baik. Adil buat semua, karena enggak ada jalur [distribusi] yang panjang. Mereka pun bisa cerita ke konsumen bagaimana mereka menanam secara organik. Kalau supermarket, kan, enggak bisa, sistemnya beli putus. Sedangkan kami ada gelaran 'Kepo' Kenal Produk. Ada tanya jawab dengan konsumen," ujar Ali.
Hal ini pula yang membuat harga pangan organik di warung terbilang miring dan beda tipis dengan sayur yang Anda temui di penjual sayur biasa. Warung menjual pangan organik dengan sistem kiloan dan per 250 gram.