Didik mengatakan, gejala malaria mirip dengan gejala Covid-19. Beberapa gejala yang umum muncul di antaranya:
- demam tinggi
- menggigil
- sakit kepala
- terkadang disertai flu
- nyeri sendi
- mudah lelah
Pada tahap yang lebih ekstrem, malaria juga bisa memicu mual, muntah, diare, hingga anemia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Itu sebabnya kita memerlukan pemeriksaan laboratorium untuk memastikan malaria," ucap Didik.
CDC mengatakan, gejala malaria dimulai dari 10 hari hingga 4 minggu setelah terinfeksi. Pada infeksi parasit P. vivax dan P. ovale, malaria dapat muncul kembali karena parasit bisa tetap berdiam diri dalam keadaan tidak aktif, bahkan setelah 4 tahun. Parasit bisa aktif kembali dan keluar dari hati menginfeksi sel darah merah dan kembali menyebabkan malaria.
Maka dari itu, pengobatan malaria dengan intervensi obat-obat medis harus diberikan sesegera mungkin agar parasit segera mati dan terbebas dari malaria.
Dokter biasanya akan melakukan tes mikroskopis dengan menggunakan setetes darah untuk mencari tahu infeksi dari parasit penyebab malaria. Dokter juga akan meninjau riwayat kesehatan pasien, riwayat perjalanan, dan beberapa pemeriksaan fisik.
Pengobatan malaria dilakukan sepenuhnya dengan intervensi obat-obatan. Mengutip Healthline, dokter akan meresepkan obat berdasarkan jenis parasit yang menginfeksi sel darah merah. Itu sebabnya, pemeriksaan laboratorium diperlukan untuk mengetahui pengobatan yang tepat.
Meski malaria merupakan penyakit endemik, ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegahnya.
Pastikan lingkungan Anda bebas nyamuk. Anda bisa mulai dengan membersihkan sarang nyamuk dan memastikan tak ada genangan air agar nyamuk tak kembali bersarang di sekitar tempat tinggal. Anda juga bisa menggunakan obat nyamuk oles dan kelambu tidur sebagai upaya pencegahan jika Anda tinggal di wilayah endemik.
![]() |
Malaria menjadi salah satu penyakit endemik di Indonesia. Meski ada tren penurunan kasus secara tahunan, penyakit ini ternyata masih banyak ditemukan dan menjangkiti wilayah kawasan timur Indonesia.
Plt. Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan, Maxi Rein Rondonuwu mengatakan, ada beberapa kebijakan yang telah dilakukan pemerintah dalam menangani malaria di Indonesia.
Pertama, menggunakan diagnostik malaria dengan pemeriksaan laboratorium. Cara itu dilakukan agar pengobatan malaria lebih tepat, sekaligus mengeliminasi kemungkinan penyakit infeksi lain seperti Covid-19.
Lihat juga:6 Tanaman Pengusir Nyamuk di Rumah |
Selain itu, dilakukan juga terapi pengobatan dengan pemberian obat artemisinin-based combination therapies (ACT) pada pasien malaria dengan infeksi parasit P. falciparum.
Pemerintah daerah juga diminta mengedukasi masyarakat dan mengajak lembaga swadaya masyarakat untuk melakukan pencegahan malaria. Di samping itu, Kemenkes juga memastikan pelayanan pengobatan malaria diberikan di setiap fasyankes.
"Layanan tata laksana kasus malaria dilaksanakan oleh seluruh fasilitas pelayanan kesehatan termasuk swasta," kata Maxi.
(asr)