Dari kejauhan, mosaik keramik yang didominasi warna biru dan putih sudah terlihat. Bangunannya tinggi menjulang. Itulah Masjid Tiban di Malang, Jawa Timur.
Di balik kemegahannya, masjid ini menyisakan kisah yang membuat kening berkerut tanda tak percaya. Konon katanya, masjid ini dibangun sehari semalam dengan bantuan makhluk sakti.
Masjid Tiban berada di dalam Ponpes Salafiyah Bihaaru Bahri' Asali Fadlaailir Rahman. Lokasi tepatnya di Jalan KH Wahid Hasyim, Gang Anggur, Desa Sananrejo, Kecamatan Turen, Kabupaten Malang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain mosaik keramik, masjid ini juga diperindah dengan karya seni kaligrafi ayat-ayat Al Quran.
Bukan cuma dua atau tiga lantai, masjid ini berdiri setinggi sepuluh lantai di atas lahan seluas tujuh hektare.
Arsitekturnya tidak diketahui dengan jelas, karena kata pengelola, gaya bangunan masjid ini merupakan perpaduan dari arsitektur Arab dan Mesir.
Sebelumnya warga sekitar banyak yang percaya kalau masjid ini dibangun oleh pasukan jin dalam sehari semalam, karena hingga pintu masjid dibuka untuk umum mereka tak melihat dengan pasti proses pembangunannya.
Mengutip Detikcom pada Mei 2020, pengelola masjid sebenarnya telah mengelak anggapan bahwa masjid ini dibangun oleh pasukan jin.
Ia menjelaskan, pembangunan Masjid Tiban sebenarnya telah berlangsung selama sepuluh tahun lamanya.
![]() |
Biasanya pembangunan masjid melibatkan warga sekitar, namun tidak dengan masjid ini, karena prosesnya memang sengaja tertutup.
Masjid dibangun oleh Romo Kiai Haji Ahmad Baru juga Pengasuh Ponpes Salafiyah Bihaaru Bahri' Asali Fadlaailir Rahman. Itu sebabnya masjid ini berada dalam satu kompleks dengan pesantren. Santri bersama keluarga tinggal di sana.
"Pengasuh mulai bangun sejak tahun 1968 dan baru diresmikan tahun 1978 lalu. Tidak benar kalau menyebut masjid tiban," ujarnya.
Lantai satu masjid ini merupakan tempat istirahat dan musala, lantai dua ialah loket, ruang istirahat, ruang makan, dan dapur, lantai tiga berisi musala, akuarium, dan kebun binatang mini.
Sedangkan lantai empat merupakan lantai untuk keluarga pengasuh pondok, lantai lima ialah musala, lantai enam adalah ruangan istirahat untuk santri, lantai tujuh dan delapan diisi toko dan kios-kios milik pesantren yang dikelola oleh para santri, lantai sembilan merupakan bangunan yang didesain sebagai "lereng gunung", dan lantai sepuluh adalah "gua" dan juga ialah "puncak gunung".
Kalau soal dana pembangunan, pengelola menolak memberi tahu jumlah pastinya. Ia hanya mengatakan, kalau masjid ini dibangun atas donasi jamaah. Karena menurut pengelola, semakin ikhlas sumbangannya, maka semakin kokoh bangunannya.
Pengunjung tak dipungut biaya untuk berkunjung ke Masjid Tiban. Saat berkunjung, jangan lupa untuk berpakaian dengan sopan dan menjaga kebersihan lingkungannya.
Lihat juga:FOTO: Keindahan Bromo yang Melegenda |