Pria dengan kadar testosteron rendah ditemukan lebih berisiko mengalami gejala klinis Covid-19 yang lebih parah. Hal itu ditemukan dalam sebuah studi terbaru yang diterbitkan pada Selasa (25/5).
Dalam penelitian yang dipublikasikan di JAMA Network Open ini, para peneliti mencari tahu hubungan antara testosteron dengan tingkat keparahan Covid-19.
Para peneliti mengumpulkan sampel darah dari 90 pria dan 62 perempuan pasien Covid-19 di RS Barnes Jewish, St. Louis, Missouri, Amerika Serikat. Peneliti mengambil sampel darah pada hari ke-3, ke-7, ke-14, dan ke-28 untuk mengukur kadar testosteron pasien.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hasilnya, para perempuan tak ditemukan adanya hubungan antara tingkat keparahan Covid-19 dengan kadar hormon apa pun yang diukur. Sementara pada pria, kadar testosteron ditemukan berpengaruh.
Pria dengan gejala klinis Covid-19 berat memiliki kadar testosteron rata-rata sebesar 52 ng/dL. Jumlah ini di bawah rata-rata angka standar kadar testosteron pria. Sedangkan pria dengan gejala sedang dan ringan memiliki rata-rata 151 ng/dL kadar testosteron.
Dalam pengujiannya, para peneliti juga memasukkan faktor risiko lain yang dapat memperparah Covid-19 seperti usia, indeks BMI, penyakit penyerta, kebiasaan merokok, dan ras.
Faktanya, kadar testosteron yang lebih rendah pada pria dikaitkan dengan tingkat peradangan yang lebih tinggi.
"Orang-orang dengan Covid-19 yang awalnya ringan, tapi memiliki kadar testosteron rendah, kemungkinan besar membutuhkan perawatan intensif atau intubasi selama dua atau tiga hari ke depan," ujar penulis utama studi sekaligus ahli endokrinologi St Louis University, Sandeep Dhindsa, mengutip Live Science.
Dokter yang bertugas di RS sendiri belum pernah mengukur kadar testosteron pasien. Namun, peneliti menduga bahwa kadar testosteron pasien telah menurun saat mereka tiba di RS untuk mendapatkan perawatan Covid-19.
Ada pula kemungkinan bahwa pria dengan Covid-19 parah memiliki kadar testosteron yang lebih rendah dari rata-rata, bahkan sebelum mereka sakit. Kadar testosteron yang rendah diduga mengakibatkan penurunan massa dan kekuatan otot, yang dengan demikian menurunkan kapasitas paru-paru dan risiko lebih tinggi mengalami gejala Covid-19 yang berat.
(asr)