7 Tanda Tubuh Anda Alami Peradangan Kronis
Jika Anda ingin tetap sehat selama bertahun-tahun yang akan datang, Anda perlu memperhatikan kemungkinan tanda-tanda peradangan sistemik di tubuh Anda.
Sebagaimana dilansir LiveStrong, peradangan kronis tampaknya berperan dalam banyak penyakit yang melemahkan, termasuk penyakit jantung dan stroke, kanker, diabetes, dan obesitas.
Memang tidak semua peradangan buruk. Misalnya, peradangan akut adalah respons imun jangka pendek yang bermanfaat yang terjadi karena cedera atau infeksi (seperti keseleo pergelangan kaki atau flu biasa). Setelah sel kekebalan Anda menyembuhkan area tersebut, peradangan menghilang.
Namun di sisi lain, peradangan kronis adalah ketika sistem kekebalan bekerja terlalu keras untuk menangkis ancaman dan mempertahankannya untuk jangka waktu yang lama. Ini bisa merusak tubuh.
Karena gejala peradangan tidak selalu terlihat atau jelas, berikut pemaparan pakar soal tanda-tanda tubuh mengalami peradangan kronis.
1. Masalah ingatan dan konsentrasi
Otak kemungkinan besar akan menanggung beban jika tubuh Anda sedang mengatasi peradangan.
"Stres kronis, akibat peradangan, umumnya menyebabkan tubuh berada dalam keadaan stimulasi konstan, terutama sistem saraf simpatis," kata Deena Adimoolam-Gupta, dokter spesialis endokrinologi dan internis yang berbasis di New York City.
Dia kemudian menjelaskan bahwa dengan kewaspadaan yang terus-menerus akan memengaruhi tidur Anda, yang bisa mengganggu daya ingat dan konsentrasi.
2. Nyeri tubuh dan kelemahan otot
"Ketika sitokin inflamasi (protein yang terkait dengan sistem kekebalan) meningkat di dalam tubuh, mereka dapat memicu nyeri otot dan pembengkakan," kata Niket Sonpal, dokter spesialis penyakit dalam dan gastroenterologi yang berbasis di New York.
Sonpal mengungkapkan bahwa faktanya, peradangan kronis merusak serat otot, yang tidak hanya menyebabkan kelemahan tetapi juga mempengaruhi arteri yang melewati otot.
3. Resistensi insulin
"Peradangan kronis menyebabkan peningkatan hormon kortisol, yang membuat sel-sel tubuh lebih resisten terhadap efek insulin - hormon yang membantu mengatur kadar gula darah Anda," kata Adimoolam-Gupta.
Akibatnya, resistensi insulin yang dipicu oleh peradangan ini dapat menyebabkan gula darah tinggi dan memicu (atau memperburuk) diabetes tipe 2, katanya.