5 Kelainan Penis Pada Bayi, Termasuk Kelainan Hipospadia

CNN Indonesia
Senin, 07 Jun 2021 08:07 WIB
Beberapa bayi baru lahir bisa lahir dengan kelainan pada bagian genitalia, termasuk kelainan hipospadia.
Beberapa bayi baru lahir bisa lahir dengan kelainan pada bagian genitalia, termasuk kelainan hipospadia. ( Istockphoto / Simon Dannhauer)

-Penis kecil tapi normal

Inconspicuous penis merupakan kelainan yang menyebabkan penis terlihat kecil, padahal ukurannya normal. Berdasarkan pemaparan Irfan, ada empat kondisi inconspicuous penisyang umumnya terjadi.

Pertama,buried penis (penis terbenam dalam skrotum),webbed penis(penis dan skrotum bersatu),trapped penis(penis tidak muncul pasca tindakan tertentu), dan mega prepusium (penyempitan pada bagian penis).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Penyebabnya bisa bermacam-macam. Faktor risiko paling umum karena anak dengan obesitas, dan terjadinya penyempitan (stenosis) pada area genital.

"Kalau memang terjadi gangguan ini akan kami rekonstruksi, kami munculkan [penis] dengan operasi pembebasan jaringan ikat yang menarik penis ke dalam. Rekonstruksi hanya dilakukan jika anak sulit berkemih, ada infeksi, dan risiko kesulitan reproduksi di masa dewasa," kata Irfan.

-Undesensus testis

Undesensus testis merupakan kelainan pada proses penurunan testis ke dalam skrotum.

Secara alamiah, testis pada bayi dalam kandungan akan turun hingga terletak di kantung skrotum. Namun pada beberapa kondisi, pertumbuhan genital bayi terhambat sehingga testis tidak turun. Testis bisa saja terletak di perut (abdomen) anak, bahkan bisa terletak di lipatan paha.

Biasanya bayi dengan kelahiran prematur, bayi kelebihan berat badan, atau bayi yang lahir sungsang, lebih memungkinkan menderita kelainan ini.

"Kita bisa menunggu hingga usia bayi 6 bulan untuk melakukan prosedur pemindahan testis ke skrotum," ucap Irfan.

-Kelainan Hipospadia

Hipospadia merupakan kelainan pada penisbayi yang menyebabkan lubang kencing tidak terletak pada ujungpenis. Saluran kencing ini bisa terletak pada bagian tengahpenis, atau menempel dengan skrotum.

Pada beberapa kasus hipospadia, orang tua dan dokter bisa salah mengasumsikan bahwa bayi yang lahir adalah perempuan.

Kelainan hipospadia bisa disembuhkan dengan tindakan operasi. Bayi berusia 6-24 bulan paling ideal untuk operasi hipospadia karena lebih mudah sembuh dan umumnya tidak meninggalkan bekas.

"Proses penyembuhan luka pasca operasi pada orang dewasa bisa lebih lama dan meninggalkan jaringan parut hingga ada bekas luka," kata Dokter Spesialis Urologi, Arry Rodjani.

Berbagai kelainan genital pada bayi baru lahir bisa menimbulkan beberapa dampak. Seperti problem buang air kecil, tidak percaya diri karena berbeda dengan anak lain, hingga kesulitan berhubungan seksual ketika dewasa.

Maka dari itu, peran orang tua amat dibutuhkan untuk bisa mendeteksi sedini mungkin kelainan genital, seperti kelainan hipospadia pada anak.

(mel/chs)


[Gambas:Video CNN]

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER