A TO Z

Mengenal Vitiligo, Kelainan Kulit yang Bisa Bikin Depresi

CNN Indonesia
Jumat, 25 Jun 2021 10:45 WIB
Vitiligo merupakan penyakit yang bisa membuat penderitanya depresi. Mengapa? Simak pembahasan lengkap soal vitiligo sebagai berikut.
Winnie Harlow salah satu model kenamaan dunia yang mengalami vitiligo. Apa itu vitiligo? (AFP/Dani Pozo)

Faktor risiko vitiligo

Menurut Hanny, belum diketahui secara pasti apa penyebab vitiligo. Namun dia mengungkapkan bahwa vitiligo bukan penyakit turunan.

Kebanyakan orang vitiligo tidak memiliki riwayat keluarga dengan vitiligo. Namun riwayat vitiligo pada keluarga meningkatkan risiko terkena vitiligo atau penyakit autoimun lainnya.

Sebagaimana dilansir Healthline, beberapa penyakit autoimun yang bisa meningkatkan risiko vitiligo seperti tiroiditis, gangguan kelenjar tiroid, artritis, lupus, dan terbakar sinar matahari atau terluka parah.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Vitiligo juga bisa menyerang segala usia, mulai dari bayi hingga lansia.

Pengobatan vitiligo

Vitiligo merupakan penyakit kronik yang membutuhkan treatment pengobatan dalam jangka waktu lama.

"Pengobatan vitiligo tak bisa langsung sembuh, butuh proses yang mungkin bisa berbulan-bulan hingga bertahun-tahun," kata Sondang.

Perawatan vitiligo bertujuan untuk mengembalikan keseimbangan warna pada kulit. Beberapa perawatan bertujuan menambah pigmen warna, sementara yang lain menghilangkannya. Artinya, pasien bisa memilih pengobatan yang akan menambah warna coklat pada kulit, atau menambah yang putihnya.

Namun pilihan pengobatan akan bervariasi sesuai dengan tingkat keparahan Vitiligo.

Beberapa pengobatan yang ditawarkan untuk pasien vitiligo mulai dari pengobatan oral, dan krim oles untuk menghambat pertumbuhan bercak putih. Terapi pengobatan dengan sinar UVA untuk mengembalikan warna kulit, hingga prosedur operasi.

"Semua prosedur perawatan membutuhkan waktu lama, dan memang tidak 100 persen akan mengembalikan kondisi seperti semula, tapi bisa mencegah perluasan," tutur Sondang.

Pengaruh psikososial pada pasien vitiligo

Penyakit vitiligo sering dianggap sebagai penyakit menular sehingga penderitanya mendapat stigma negatif dari masyarakat.

Hanny mengatakan, banyak pasien vitiligo datang berobat karena alasan malu dengan kondisi kulitnya, ketimbang menginginkan sehat kembali.

Perawatan pasien vitiligo juga kerap kali harus bersamaan dengan psikiater atau psikolog untuk menangani kejiwaannya.

"Terkadang pengobatan pasien vitiligo harus dibarengi dengan perawatan dari psikolog atau psikiater karena mereka punya masalah kejiwaan, bisa tertekan, stres, atau depresi," kata Hanny.

Pengobatan untuk pasien vitiligo tidak hanya berupa tindakan medis, melainkan juga dukungan moral dari keluarga dan lingkungan.

"Mengobati vitiligo tidak hanya dengan tindakan obat-obatan medis, tapi juga butuh dukungan dari keluarga, teman, tempat kerja, sehingga mereka tidak dipandang punya penyakit yang mengkhawatirkan," kata Sondang.

(mel/agn)


[Gambas:Video CNN]

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER