UNESCO pertama kali menambahkan sisi Makedonia dari danau ke daftar Situs Warisan Dunia pada tahun 1979, lalu memperluas entri untuk memasukkan sisi Albania pada tahun 2019.
Selama masa Yugoslavia, Ohrid adalah pemukiman sepi yang dihuni rumah sakit dan pos pelatihan untuk tim olahraga.
Namun, setelah pemisahan Makedonia dan disintegrasi kacau Yugoslavia pada 1990-an, perkembangan wisata mulai meluas di sepanjang tepi danau.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pusat perbelanjaan, hotel lima lantai, restoran dan bar bermunculan, sekaligus kompleks apartemen yang mengelilingi kota tuanya.
Pengusaha mengeksploitasi celah hukum untuk membangun di atas tanah yang dilindungi, bahkan seringkali tanpa terhubung ke sistem pembuangan air limbah.
UNESCO memperkirakan sepertiga bangunan di wilayah Ohrid yang lebih luas memompa limbah langsung ke danau.
"Semuanya seperti neraka," kata Nikola Paskali, seorang arkeolog yang telah menghabiskan dua dekade menyelam di danau.
Terkadang dia mencari peninggalan Zaman Perunggu tapi terkadang dia malah menemukan barang bekas -- TV, toilet, dan bahkan bak mandi ukuran penuh adalah beberapa barang yang dia tarik dari dalam.
"Sampah adalah kanker danau," katanya, menuduh pemerintah tidak berbuat banyak untuk melindungi keanekaragaman hayati di danau yang terbentuk lebih dari 1,3 juta tahun yang lalu dan merupakan rumah bagi puluhan spesies unik.
UNESCO telah menyoroti masalah dari bangunan ilegal, penebangan dan peternakan ikan, hingga pengalihan sungai dan pembangunan jalan yang serampangan.
Sebagian besar ditopang oleh keinginan daerah untuk menjadi pusat pariwisata.
"Jika kita mulai sekarang, akan memakan waktu bertahun-tahun untuk memperbaiki kerusakan yang telah kita lakukan," kata Katarina Vasileska dari kelompok lingkungan akar rumput SOS Ohrid.
Tapi membersihkan danau memiliki risiko.
Wali Kota Georgieski baru-baru ini memerintahkan penghancuran beberapa bangunan yang dibangun di atas danau yang berfungsi sebagai klub malam dan restoran.
"Sulit untuk menghancurkan properti seseorang di kota kecil seperti kita," katanya. "Saya musuh orang-orang sekarang."
Tapi dia mengatakan bahwa pemilik bisnis perlu mengubah pola pikir mereka, dengan mengingatkan: "Ini bukan Ibiza."
Georgieski membayangkan kotanya bisa didatangi wisatawan yang ingin berwisata alam, bukan hanya untuk berpesta.
Tetapi UNESCO mengatakan dalam laporan terbarunya bahwa pekerjaan restorasi telah merusak "keaslian" beberapa gereja, dan bahwa bangunan balok kayu yang unik di kota tua itu berisiko dari pembangunan yang tidak terkendali.
Pemilik restoran seperti Pendoski tidak setuju dengan maksud UNESCO atau wali kota, dengan mengklaim bahwa dia telah mengurus semua izin yang diperlukan untuk membuka sebuah tempat bisnis di Orhid.
"Kami semua memiliki tujuan yang sama untuk mendapatkan lebih banyak tamu sekaligus melindungi danau dan alam, tetapi harus ada pengembangan ekonomi lokal," katanya.
Namun, para pencinta lingkungan berpendapat bahwa mengadu domba pembangunan ekonomi dengan masalah ekologis adalah perdebatan yang salah.
"Kami harus menjaga kebersihan danau karena jika tidak, kami akan kehilangan segalanya, kami akan kehilangan pariwisata," kata penyelam Paskali.
Aktivis Vasileska juga menunjukkan bahwa menerima izin bukanlah lampu hijau untuk membuat polusi.
"Anda mungkin mempekerjakan 30 orang," katanya, "tetapi Anda mencemari danau dengan 50 ribu orang."
(afp/ard)