CELOTEH WISATA

Traveler Berbagi Kisah Mewah sampai Kecoa di Penginapan

CNN Indonesia
Minggu, 04 Jul 2021 12:32 WIB
Foto dari kiri ke kanan: Anggey Anggraini, Gemala Hanafiah, Febrian, dan Ashari Yudha. (Arsip Istimewa)
Jakarta, CNN Indonesia --

Ada ribuan penginapan dengan beragam fasilitas, harga, desain sampai pemandangan. Pemilihan tempat menginap menjadi hal yang krusial selain memesan transportasi, karena bisa memengaruhi suasana hati saat berwisata.

Beberapa content creator di Indonesia yang rajin membagikan pengalaman berwisatanya di media sosial berbagi kisah kepada CNNIndonesia.com soal pengalamannya bermalam di hotel sampai hostel, sebagian besar yang telah mereka lakukan sebelum pandemi virus Corona melanda dunia dan Indonesia.

Ada Anggey Anggraini (@her_journeys), Ashari Yudha (@catatanbackpacker), Gemala Hanafiah (@g_hanafiah), dan Febrian (@_febrian).

Selain itu, juga berbagi pendapat mengenai cara membaca ulasan tempat penginapan dan barang yang penting dibawa saat bermalam di hostel.

Apa saja yang menjadi pertimbangan Anda saat memilih tempat penginapan?

Gemala: Tergantung kebutuhan. Kalau untuk liburan tentu saja fasilitas, kemudahan akses ke lokasi surfing (kalau sedang surf trip), harga dan saat ini ditambah lagi point plus jika mereka sudah menjalankan protokol kesehatan.

Febrian: Untuk sekarang ini kan ada sertifikasi CHSE. Udah pasti kalau dia sudah tersertifikasi CHSE, tempat penginapan itu yang saya pilih.

Yudha: Yang pertama adalah pastinya akses, jadi aksesnya harus gampang ada transportasi segala macam. Yang kedua pasti kebersihan, kebersihan harus diperhatikan banget. Ketiga baru fasilitas, simple kayak breakfast, kolam renang. Apalagi lagi family trip, itu sangat diperhatikan banget. Kalau misalkan mewah atau nggaknya, bintang berapa, tergantung sikon.

Anggey: View dan surrounding-nya. Aku suka yang surrounded by nature gitu soalnya. Family friendly atau enggak, karena sekarang udah ada baby. Interior kamar dan CHSE nya sendiri gimana di masa pandemi gini.

Gemala Hanafiah. (Arsip Gemala Hanafiah)

Secara pribadi, lebih suka dengan konsep mana: 'hemat biaya tempat menginap agar bisa jajan lebih banyak' atau 'mahal sedikit tidak mengapa asal bisa tidur nyaman'?

Gemala: Karena selama ini saya lebih banyak berkegiatan di alam terbuka, maka biasanya tempat menginap jadi tidak terlalu signifikan harus sempurna. Daya tarik utamanya berada di atas gunung atau di laut.

Febrian: Kalau saya lebih memilih mahal sedikit tidak mengapa tapi bisa tidur nyaman. Karena kenyamanan sekarang lebih penting dibanding ketakutan.

Yudha: Saya prefer hemat biaya tempat menginap agar bisa jajan lebih banyak, asal tempatnya masih punya standar kenyamanan. Kalau jajan kuliner saat wisata kan bisa jadi pengalaman seru. Jadi lebih baik merasakan experience jajan yang berbeda-beda daripada hanya nginep di resor mahal tapi kita enggak bisa jajan.

Anggey: Aku lebih suka hemat biaya nginep. Namun tetap dengan prinsip affordable tapi tetep nyaman. Apalagi sekarang banyak hotel atau vila dengan harga promo, jadi lebih membantu untuk ngirit.

Apa faktor yang membuat tempat penginapan terasa nyaman bagi Anda?

Gemala: Kebersihan, sarapan pagi, fasilitas stop kontak yang banyak karena content creator harus nge-charge berbagai peralatan dari baterai kamera, komputer, drone dan sebagainya. Space yang lumayan luas agar leluasa mengatur berbagai bawaan, pool would be nice meskipun bukan pertimbangan utama.

Febrian: Yang pertama masalah kebersihan dan juga area surrounding, rame atau sepi. Karena sekarang lebih nyaman yang sepi dibandingkan dengan area yang keramaian.

Yudha: Ya pastinya keamanan, kebersihan juga, terus juga akses. Keramahan orang-orang yang bekerja di sana. Makanannya minimal enak, bervariasi. Seperti itu sih. Dan pastinya harga menjadi faktor ya.

Anggey: Kamar bersih terawat, fasilitas sanitasi yang memadai, toilet bersih dan nyaman, pelayanannya bagus dan ada WiFi.

Ashari Yudha. (Arsip Ashari Yudha)

Pernah punya pengalaman bermalam di tempat menginap termewah atau terbaik menurut Anda?

Gemala: Biasanya kalau menginap di tempat mewah itu karena pekerjaan. Jadi kesempatan untuk menikmatinya terbatas. Buat saya menginap di lokasi terbuka juga bisa dikatakan mewah, seperti saat menginap di Gua Kambing, Tangkahan, di mana kita harus menyeberangi sungai terlebih dahulu, tidur di balik tirai air di ceruk goa dengan kasur tiup, menikmati suara alam dan dinginnya hutan. Juga ketika menginap di Laban Rata, Gunung Kinabalu, di mana untuk mencapainya harus hiking terlebih dahulu selama delapan jam. Suasananya sangat menyenangkan, hangat, meskipun dekat puncak. Pemandangannya luar biasa. Kemewahan yang sulit didapatkan ketika mendaki gunung.

Febrian: Untuk hotel mewah dan nyaman di dalam negeri saya paling suka ada dua hotel ya, yang pertama adalah Nihi Sumba di Sumba. Yang kedua adalah Kamandalu di Ubud.

Yudha: Saya pernah bermalam di salah satu resor mewah yang ada di Raja Ampat dan Labuan Bajo. Kalau di luar negeri, waktu itu di India.

Anggey: Dalam negeri, di Bali, rate per malam Rp25 juta. Di-endorse sambil kerja bikin konten buat hotel mereka. Kalau di luar negeri, di Cave Hotel di Cappadocia. Experience baru dan seru!

Kalau pengalaman bermalam di tempat menginap yang bikin trauma?

Gemala: Menginap di satu pulau, tempat penginapannya tipe bungalow dengan kamar terpisah cukup berjauhan. Pagi-pagi ketika mau membuka tirai jendela, ada laba-laba besar sekali loncat keluar. Dan laba-laba itu bertengger di pintu, saya enggak berani keluar.

Febrian: Ada lah beberapa hotel yang emang tempatnya kotor banget. Sampe waktu itu pernah di sebuah kota hotelnya banyak banget kecoanya. Jadi ketika saya masuk kamar di kasur ada kecoa mati. Di kamar mandi ada kecoa mati. Karena kotor sih.

Yudha: Kalau bentuknya resor atau hotel gitu enggak pernah sih ya. Tapi justru traumanya kayak nginep di rumah warga gitu. Kayak digangguin makhluk halus. Itu beberapa kali terjadi.

Anggey: Pernah di daerah Probolinggo. Waktu itu lagi road-trip Jawa-Bali. Niatnya mau bermalam aja numpang tidur, liat di aplikasi booking hotel fotonya lumayanlah, harga per malamnya emang cuma Rp150 ribuan. Pas sampe sana, masuk kamar, aduh itu hawanyaa ga enak bener. Maksain buat tidur tapi ga bisa, apalagi ada lemari kayu reot yang bunyi 'ngikkk ngikk' kaya buka tutup gitu. Trus kamar mandinya juga horor, airnya super kecil! Alhasil ga jadi nginep langsung check-out dong! Dan end up tidur di mobil sampe besok paginya. Hahaha!

Artikel ini masih berlanjut ke halaman berikutnya...

Traveler Berbagi Kisah Mewah sampai Kecoa di Penginapan


BACA HALAMAN BERIKUTNYA
HALAMAN :