Selain tradisi, masyarakat Baduy juga sangat cinta lingkungan.
Sehari-hari mereka berkebun dan beternak dengan teknik yang tradisional. Jika datang saat musim panen buah, kemungkin wisatawan bisa menikmati durian Baduy.
Banyak yang berkata bahwa keindahan pemandangan alam di Baduy Dalam lebih beragam ketimbang Baduy Luar.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tapi baik ke Baduy Dalam atau ke Baduy Luar, wisatawan wajib hukumnya menjaga sopan santun dan menghormati tradisi warganya.
Sebelum asyik mengarahkan kamera untuk foto atau video di Desa Baduy, wisatawan bisa meminta izin terlebih dahulu kepada warga.
Begitu juga dengan sampah. Kalau ingin membawa camilan dari luar, sampahnya jangan dibuang sembarangan. Kalau bisa dikemas sendiri untuk dibuang ke tempat yang lebih layak.
Ada beberapa buah tangan yang bisa dibeli dari masyarakat Baduy, mulai dari buah-buahan, sayur mayur, golok, batik, pernak-pernik rumah, kain tenun sampai madu hutan.
Kain tenun Baduy sarat makna. Mengutip tulisan di Indonesia Travel, bagi masyarakat Baduy kegiatan menenun mengajarkan kedisiplinan dan menjunjung tradisi.
Kaum wanita Baduy sejak kecil sudah diajarkan menenun secara dengan mesin tradisional bambu yang disebut gedogan atau raraga.
Kain tenun Baduy berbahan agak kasar dan berwarna cerah. Motifnya geometris.
Bintik-bintik kapas dari proses pemintalan tradisional menghasilkan tekstur khas. Proses pengerjaannya bisa sampai berbulan-bulan.
Hingga saat ini, Desa Baduy masih nol kasus virus Corona.
Tradisi tak bepergian ke luar desa - yang telah dilakukan bahkan sebelum pandemi berlangsung - membantu masyarakat di sini tetap sehat walafiat. Ditambah lagi dengan alam yang asri untuk kesehatan.
Desa Baduy juga menerapkan protokol kesehatan yang ketat bagi wisatawan yang hendak berkunjung.
Jika hendak 'saba budaya' di Desa Baduy usai pandemi berlalu, jangan lupa menaati aturan ini di sana.