Saat kecil, mengompol atau eunorosis menjadi hal yang wajar dilakukan anak. Banyak orang tua yang mengaitkan kebiasaan anak mengompol dengan sunat yang belum dilakukan terhadap alat kelamin si anak. Tentu kepercayaan ini hanya berlaku terhadap anak dengan jenis kelamin laki-laki.
Untuk diketahui, sunat atau khitan atau dikenal juga dengan istilah sirkumsisi adalah tindakan yang dilakukan untuk memotong atau menghilangkan sebagian atau seluruh kulit penutup depan dari penis.
Namun, apakah benar kebiasaan mengompol pada anak erat kaitannya dengan penis yang belum disunat?
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Departemen Medik Urologi dari FKUI-RSCM, Nur Rasyid menjelaskan, kepercayaan yang memang terlanjur tumbuh di antara para orang tua ini. Dari sisi medis justru tak ada hubungan antara belum sunat dengan kebiasan mengompol pada anak.
"Pada anak-anak orang sering bilang, 'oh nanti kalau sudah sunat juga sembuh sendiri'. Sebenarnya tidak otomatis begitu. Jadi eunorosis pada anak sebenarnya bisa karena faktor psikologis," kata Rasyid dalam diskusi Virtual Media Education dengan tema 'Beser dan mengompol pada kelompok lansia dan laki-laki, normalkah?' kamis (19/8).
Faktor psikologis ini kata dia yakni terjadi karena kebiasaan dan pola pikir. Bisa saja anak-anak tersugesti dengan perkataan orang di sekitar mereka atau bahkan orang tua mereka terkait mitos sunat dan ngompol ini.
Secara alam bawah sadar, si anak akan meyakini bahwa kebiasaan mengompolnya akan hilang ketika dia telah disunat. Namun, jika dilihat dari segi medis dan kedokteran tak ada sangkut pautnya antara penis yang sudah disunat dengan kebiasaan mengompol.
Sebab kata Rasyid, banyak anak-anak yang telah disunat sejak dilahirkan tetapi masih mengompol saat tumbuh balita.
"Nah jadi kalau secara langsung ada hubungannya antara sunat dan mengompol, itu jelas tidak. Sama sekali tidak ada," kata dia.
Lagi pula kebiasaan mengompol anak paling jelas bisa terjadi karena faktor psikologis. Toh kata Rasyid, anak-anak juga biasanya mengompol di tempat-tempat tertentu.
"Contoh misalnya, anak kecil kalau di rumah ngompol saja. Tapi begitu menginap di rumah keluarga lain dia tidak ngompol. Bisa begitu," katanya.
Meski begitu, Rasyid menyebut tak ada salahnya kebiasaan mengompol pada anak-anak ini mulai diubah sejak balita.
Hal pertama yang bisa dilakukan misalnya dengan mengajarkan anak-anak untuk tidak banyak minum sebelum tidur. Selain itu para orang tua juga bisa memulai kebiasaan mengajak anak ke toilet sebelum tidur untuk buang air kecil.
"Kalau perlu, kalau sudah diatur tetap ngompol pakai jam, kasih bel. Kira-kira kantung kencingnya penuh jam berapa, biar dia bangun, nanti kencing. Nah pada saat sudah dewasa dia akan bisa mengontrol," katanya.
(tst/chs)