Jakarta, CNN Indonesia --
Nyeri perut saat haid adalah hal yang normal. Namun, Anda harus waspada pada nyeri perut tertentu saat haid. Kondisi tersebut bisa mengarah ke endometriosis.
Karena dianggap biasa, perempuan acap kali abai pada rasa nyeri luar biasa yang muncul saat menstruasi. Rasa nyeri kadang bisa membuat seseorang harus menunda aktivitasnya.
Padahal, perempuan patut waspada, sebab rasa nyeri hebat tak selalu akibat haid. Rasa nyeri juga bisa muncul akibat endometriosis.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Apa Itu Endometriosis?
Endometriosis merupakan jaringan mirip pelapis dinding rahim (endometrium) yang tumbuh di luar rongga rahim dan memicu reaksi peradangan yang sifatnya menahun.
"Sering kita sebut kista coklat, terdapat di indung telur dan isinya cairan coklat. Bisa juga berada di dinding dalam perut, bisa juga di rahim, bahkan di paru dan otak," jelas ahli ginekologi sekaligus founder Smart IFV dan Wakil Direktur Indonesia Medical Education and Research Institute (IMERI) UI, Profesor Budi Wiweko, Senin (14/6).
Apa Saja Penyebab Endometriosis?
Iko menyebut, ada beberapa teori untuk bisa menjelaskan penyebab endometriosis.
1. Darah haid yang membalik
Ginekolog asal Amerika Serikat, John Albertson Sampson menyebut, endometriosis timbul akibat darah haid yang membalik lalu masuk ke rongga perut.
Dari teori ini, seharusnya darah yang membalik dibersihkan oleh agen pembersih. Namun, pada perempuan yang mengalami endometriosis, timbul masalah sehingga darah tidak bersih sempurna.
 Ilustrasi. Nyeri haid yang hebat saat menstruasi bisa jadi pertanda endometriosis. (DieterRobbins/Pixabay) |
"Sel-sel endometriosis di darah haid menempel di perut bagian dalam lalu menimbulkan jaringan endometriosis dan timbul nyeri," jelas Iko.
2. Endometrium yang 'bandel'
Sebuah riset yang diterbitkan European Journal of Obstetrics & Gynecology and Reproductive Biology pada 1999 menemukan bahwa endometriosis terjadi akibat selaput dalam rahim yang sifatnya 'bandel' atau sulit dikendalikan pertumbuhannya, lalu menempel di luar rahim.
Sel endometrium pada pasien endometriosis berbeda karena memiliki karakteristik seperti kemampuan melindungi diri dari sel imun, memproduksi estrogen sendiri dalam jumlah besar, kemampuan tumbuh dan menginvasi jaringan sekitar, serta membentuk pembuluh darah sendiri (vaskularisasi).
Lantas, apa yang membuat sel-sel endometrium pada pasien endometriosis 'bandel'? Jawabannya adalah resistensi progesteron yang seharusnya bisa mengendalikan pertumbuhan sel endometrium.
"Ternyata akibat resistensi hormon, jadi enggak bisa kerja. Yang ada malah hormon estrogen berlebih, sehingga sel endometrium tidak terkendali. Akibatnya, timbul jaringan endometriosis, ada jaringan parut dan terasa nyeri," jelas Iko.
Apa Saja Gejala Endometriosis?
Iko menuturkan, biasanya pasien datang ke dokter dengan dua keluhan, yakni infertilitas atau sulit memiliki keturunan dan rasa nyeri hebat di perut.
1. Infertilitas
Dalam kesempatan serupa Andon Hestiantoro, Spesialis Kebidanan dan Kandungan, Konsultan Fertilitas, Endokrinologi, dan Reproduksi, menjelaskan, endometriosis membuat perempuan sulit mendapatkan keturunan. Endometriosis menimbulkan reaksi radang berlebih dan bersifat kronis sehingga timbul perlengketan yang mengganggu fungsi indung telur atau tuba falopi (saluran penghubung indung telur dan rahim).
"Jadi sperma masuk, lalu mati. Tuba falopi bisa tersumbat karena ada kista. Karena mengganggu indung telur, kualitas sel telur buruk," imbuhnya.
2. Rasa nyeri
Andon menuturkan, dokter akan mengenali besaran rasa nyeri dari ekspresi wajah. Kemudian, rasa nyeri ini akan diterjemahkan ke dalam deret angka 0-10. Bila nyeri berada di kisaran 1-4, pasien cenderung santai saja. Biasanya pasien datang saat rasa nyeri berada di angka 5-8.
Rasa nyeri pada haid adalah biasa. Namun, rasa nyeri akan terasa berbeda pada kasus endometriosis.
Iko mengatakan, nyeri saat haid biasanya terjadi sekitar 1-2 hari saja dan tidak sampai mengganggu aktivitas. Sedangkan nyeri akibat endometriosis bisa berlangsung sebelum, selama, dan sesudah haid. Bahkan rasa nyeri membuat seseorang tak bisa beraktivitas.
 Ilustrasi. Nyeri akibat endometriosis bisa membuat seseorang tak bisa beraktivitas normal. (Istockphoto/triocean) |
Tidak hanya nyeri pada area perut, pasien endometriosis juga mengalami nyeri saat berhubungan seks (dispareunia), nyeri saat buang air besar (diskezia), dan nyeri saat buang air kecil (disuria). Gejala-gejala ini pula yang membedakan nyeri haid dengan nyeri akibat endometriosis.
Rasa nyeri yang diakibatkan bisa begitu hebat. Penyebabnya adalah serabut saraf yang tidak terbungkus. Serabut ini tidak memiliki mielin, sehingga sensitif terhadap rangsangan.
"Saat diriset di Jepang lalu di Jakarta, ditemukan serabut saraf yang tidak terbungkus. Serabut saraf ini tidak bermielin sehingga sensitif terhadap rangsangan," jelas Iko.
Bagaimana Diagnosis Endometriosis?
Andon mengatakan, selama ini pasien datang sudah dalam kondisi gejala berat hingga mengganggu kualitas hidup. Rata-rata pasien sebelumnya ditangani dengan tidak pas sehingga terlambat memperoleh penanganan yang sesuai.
Dalam sebuah survei terhadap 30ribu perempuan, ditemukan pasien endometriosis terlambat 5,4 tahun untuk didiagnosis. Bila dipecah, pasien terlambat dibawa ke dokter selama 3,1 tahun sejak gejala timbul, kemudian terlambat 2,3 tahun untuk penegakan diagnosis sejak konsultasi ke dokter.
Diagnosis endometriosis terbilang sulit dan menantang sebab belum ada biomarker yang khas untuk menegakkan diagnosis dan tenaga kesehatan berpatokan pada keberadaan lesi atau kista. Padahal tidak semua pasien endometriosis memiliki kista.
Sementara itu, Andon menambahkan, diagnosis endometriosis juga dilakukan dengan menggunakan beberapa strategi. Untuk fasilitas kesehatan di kota besar dan memiliki alat diagnostik cukup baik, deteksi penyakit akan menggunakan ultrasonografi dan MRI.
"MRI akan membantu mengenali apa ada lesi, bibit endometriosis yang masih sangat kecil di sekitar rongga rahim atau ovarium," imbuhnya.
Bagaimana Penanganan Endometriosis?
Hingga kini, belum ada obat definitif atau obat untuk menyembuhkan endometriosis. Terapi penanganan endometriosis bertujuan untuk mengobati gejala, mempertahankan kesuburan, mencegah progresifitas jadi nyeri kronis dan komplikasi, dan mencegah operasi berulang dengan identifikasi benar-benar jika pasien memang memerlukan operasi.
Pasien endometriosis akan memperoleh terapi hormonal untuk mencegah progresifitas. Dalam jangka panjang, pasien juga akan diberikan terapi dengan Dienogest 2 miligram selama minimal 18-24 bulan. Dienogest jadi terapi lini pertama tetapi sebagai alternatif pasien juga bisa diberikan pil kontrasepsi kombinasi dan NSAID.
Pengobatan jangka panjang ini aman untuk pasien. Terbukti dari riset yang diinisiasi Andon dan beberapa dokter dari sejumlah negara, terapi Dienogest 2 miligram selama enam bulan mampu menurunkan derajat nyeri juga meningkatkan kualitas hidup.
"Aman, selama tujuh tahun dikonsumsi tidak apa-apa. Kadang ada bercak sedikit, enggak haid, tapi kista mengecil dan mencegah operasi berulang," kata Andon.
Di samping itu, pasien diharapkan menjaga kebersihan lingkungan dan menerapkan gaya hidup sehat. Iko menekankan, pada prinsipnya endometriosis merupakan penyakit inflamasi kronik. Konsekuensinya, pasien sebaiknya menghindari makanan yang memicu inflamasi kronik.
Senada dengan Iko, Andon berkata pasien paling penting mengontrol konsumsi lemak, apalagi lemak jenuh. Inflamasi akan terjadi jika pasien mengonsumsi lemak jenuh ditambah kekurangan vitamin D, juga minim omega 3. "Penting untuk makan kacang-kacangan, minyak ikan, vitamin D cukup, serat juga," katanya.