Mengenal Sindrom Peter Pan: Penyebab dan Ciri-Ciri

CNN Indonesia
Jumat, 10 Sep 2021 20:15 WIB
Sindrom Peter Pan adalah kondisi yang terjadi saat orang dewasa tidak menunjukkan kematangan secara psikologis, sosial, maupun seksual.(Foto Peter Pan: dok. Walt Disney)
Jakarta, CNN Indonesia --

Peter Pan begitu populer di seluruh dunia sejak diangkat dalam novel 'Peter Pan, or The Boy Who Wouldn't Grow Up' pada 1911. Kisah ini menceritakan Peter Pan yang tinggal di Neverland sehingga ia tidak harus menua dan memikul tanggung jawab layaknya orang dewasa.

Bagaimana jika sosok Peter Pan ini benar-benar ada di dunia nyata?

Dunia psikologi mengenal istilah sindrom Peter Pan atau Peter Pan Syndrome.

Sindrom Peter Pan adalah kondisi yang terjadi saat orang dewasa tidak menunjukkan kematangan secara psikologis, sosial, maupun seksual. Orang dengan sindrom Peter Pan umumnyamenghindaritanggung jawab dan bergantung pada orang lain.

"Mereka hanya orang-orang yang benar-benar tidak ingin tumbuh dewasa. Dan mereka menemukan tanggung jawab orang dewasa benar-benar menantang," kata psikoterapis dan pakar hubungan Babita Spinelli, , dikutip dari Mind, Body, Green.

Konsep sindrom Peter Pan pertama kali dicetuskan oleh Dan Kiley dalam bukunya 'Peter Pan Syndrome: Men Who Have Never Grow Up' (1983). Buku ini secara spesifik membahas sindrom Peter Pan pada pria. Namun, kondisi ini bisa dialami semua orang.

Sindrom Peter Pan tidak termasuk diagnosis atau kondisi kesehatan mental. Akan tetapi, sindrom ini bisa mempengaruhi relasi seseorang juga kualitas hidupnya.

Apa saja penyebab sindrom Peter Pan?

Tidak ada satu penyebab pasti yang memicu sindrom Peter Pan. Melansir dari Healthline, sindrom bisa muncul sebagai akibat dari berbagai faktor yang kompleks.

1. Pengalaman masa kecil

Psikolog Patrick Cheatham mengatakan gaya pengasuhan tertentu seperti tidak mempelajari keterampilan hidup, bisa mengakibatkan orang menghindari tanggung jawab dan komitmen. Orang-orang ini cenderung fokus pada pencarian sensasi, hedonisme, romantisasi kebebasan, dan pelarian.

Selain itu, gaya pengasuhan permisif ketika orang tua tidak memberikan batasan pada perilaku anak juga dapat memicu sindrom ini. Saat anak melakukan kesalahan, orang tua yang membereskan. Anak pun tidak merasa perlu bertanggung jawab akan apa yang dia lakukan. Kemudian gaya pengasuhan protektif, di mana kondisinya sebaliknya. Orang tua sangat melindungi anak sehingga anak tumbuh diliputi rasa takut dan saat dewasa merasa segala sesuatu sulit dilakukan.

2. Faktor ekonomi

Kondisi ekonomi pun jadi salah satu pemicu sindrom Peter Pan. Cheatham menyebut kesulitan ekonomi dan stagnasi bisa berkontribusi terutama pada generasi muda.

Biaya kuliah tinggi menciptakan stres dan kecemasan. Belum lagi saat bekerja gaji kecil dan kesempatan nyaris tidak ada untuk jenjang karier sehingga menurunkan motivasi.

Simak ciri-ciri sindrom Peter Pan pada orang dewasa di halaman berikut ini.

Ciri Sindrom Peter Pan, Saat Orang Dewasa Terjebak Masa Kanak-Kanak


BACA HALAMAN BERIKUTNYA
HALAMAN :