Ketika penyintas Covid-19 melakukan vaksinasi, mereka bisa mendapatkam kekuatan imunitas lebih kuat jika dibandingkan dengan mereka yang belum pernah terinfeksi.
Hal ini tertuang dalam laporan penelitian yang dilakukan oleh Universitas California, Amerika Serikat. Penelitian ini dilakukan pada April 2020 hingga Maret 2021.
Baca artikel lengkapnya di sini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Usia di bawah 18 tahun masih termasuk dalam usia anak. Merujuk pada uji klinis yang dilakukan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), vaksin yang cocok untuk mereka adalah Sinovac.
Baca artikel lengkapnya di sini.
Ketika seseorang yang telah melakukan vaksinasi lalu terpapar Covid-19, Ahli Imunologi Samsuridjal Djauzi mengatakan kemungkinan orang tersebut terpapar sebelum melakukan vaksinasi. Sebab virus perlu waktu untuk melakukan inkubasi sebelum menunjukkan gejala.
Meski demikian, orang yang telah mendapat vaksinasi Covid-19 akan mengalami gejala lebih ringan ketika terpapar.
Baca artikel selengkapnya di sini.
Vaksin Johnson and Johnson memang berbeda dengan vaksin Covid-19 lainnya yang telah beredar di masyarakat. Vaksin ini hanya perlu penyuntikan satu kali.
Hal ini juga didasarkan pada hasil uji klinis untuk mengamati efek vaksin tersebut. Dan saat uji klinis, cukup satu kali suntik vaksin ini sudah memperlihatkan efek yang cukup baik.
Baca artikel lengkapnya di sini.
Untuk vaksin Sinovac, yang banyak digunakan untuk vaskinasi Covid-19 di Indonesia belum ada ahli yang bisa memperkirakan antibodi yang terbentuk dari vaksin ini bisa bertahan lama.
Meski begitu, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyebut, kemungkinan vaksin ini bisa bertahan hingga 12 bulan setelah penyuntikan dosisi kedua.
Vaksin mRNA mengandung komponen materi genetik dari Covid-19 atau virus lainnya. Jenis ini berbeda dengan pembuatan vaksin lainnya yang kebanyakan berasal dari virus yang telah dilemahkan atau dimatikan.
Baca artikel lengkapnya di sini.
(tst/agn)