Maria Grazia Chiuri dan Kebangkitan Dior Era Marc Bohan

Youthquake telah kembali ke panggung fesyen. Untuk koleksi musim panas 2022, Maria Grazia Chiuri membangkitkan lagi Youthquake, pesona dan gebrakan kaum muda yang dinamis dan bebas yang Marc Bohan ciptakan tujuh dekade lalu.

Setiap desainer yang memimpin Dior memang selalu memulai sebuah era. Seperti Christian Dior yang membangkitkan kembali romantisme setelah perang dunia kedua dengan New Look.

Lalu Yves Saint Laurent, yang menjadi couturier paling muda di usia 21 tahun dan menjadi penerus Dior, menampilkan ide-ide revolusioner bohemian dan 'Lollita' yang terlalu dini untuk masanya.

Kemudian, era baru yang dimulai di Dior pada 1961 dengan desainer Marc Bohan menciptakan Youthquake, pesona dan gebrakan kaum muda yang dinamis dan bebas . Kala itu, Slim Look atau tampilan langsing menjadi sebuah kreasi penting pada 1960-an dan berpengaruh hingga kini.

Kini, Maria Grazia Chiuri membangkitkan kembali Youthquake lewat koleksi terbarunya.

Youthquake sendiri merupakan istilah yang diciptakan Diana Vreeland, pemimpin redaksi Vogue Amerika yang karismatik dan provokatif dari 1963 hingga 1971.

Pada akhir 1960-an terjadi gerakan kaum muda yang menyebar di seluruh dunia: pemberontakan melawan represi moral generasi Nazi, gerakan melawan Perang Vietnam, serta perlawanan sikap represif terhadap perempuan.

Era '60-an ini bukan hanya tentang politik. Namun juga Youth, semangat anak-anak muda yang aktif itu sendiri adalah sebuah gebrakan pada nyaris semua strata sosial. Semuanya ditarik ke dalam pusaran perubahan, konvensi, gaya rambut, figur, hingga cara berpakaian.

Berangkat dari latar belakang tersebut, Maria Grazia Chiuri menciptakan 85 tampilan dengan variasi siluet dan warna color-block yang enerjik dan fresh. Bar jacket dipasangkan dengan celana pendek. Mantel-mantel dengan warna cerah berlapis, hitam, hijau limette, dan oranye. Semuanya ia tampilkan lewat pertunjukan di Paris.

Berlokasi di Jardin Tuillerie, sebuah taman di tengah kota Paris, pertunjukan Dior ini menjadi yang berskala besar pertama di tengah pandemi Covid-19. Kerumunan para penggemar, fotografer, stylist, hingga selebriti dunia memberi sinyal kembaliya semangat fesyen ke kota Paris.

Para undangan yang berusaha masuk dengan berdesak-desakan -- tanpa prokes, tanpa rasa takut-- menjadi gambaran akan apa yang ia ciptakan di atas runway. Hingar-bingar ide, warna, dan energi yang bercampur menjadi satu.

Game on. Sebuah tenda besar memuat runway yang tampak seperti papan game bernomor layaknya roulette yang kemudian diisi oleh para model. Setelan-setelan berwarna kuning lemon, mini dress biru berwarna denim, hingga anorak berwarna coklat tanah menggambarkan gabungan yang tepat antara busana formal dengan streetwear.

Celana-celana boxer, yang awalnya diciptakan untuk para petinju yang memastikan kebebasan gerak kaki, dipasangkan dengan flat boots dan jaket bomber.

Rok-rok mini dengan warna-warna kontras ditimpa print dengan motif-motif hewan. Dari kesekian jumlah tampilan, gaun-gaun ringan berbahan tulle yang menjadi ciri khas Maria Grazia Chiuri hanya menjadi penutup koleksi ini. Tidak lagi mendominasi seperti koleksi-koleksi sebelumnya.

Selama 28 tahun, lebih lama dari semua desainer lain di Dior, Marc Bohan memiliki pengaruh yang bertahan lama, meski namanya banyak yang tidak mengenal.

Layaknya karya-karya awal Marc Bohan, karya Chiuri kali ini lebih menggambarkan zeitgeist, di mana perempuan menjadi fokus, bahwa perempuan bisa menjadi penggerak, dan untuk itu, haruslah terlebih dahulu bebas bergerak.