Jakarta, CNN Indonesia --
Sebuah produk, baik itu makanan kemasan atau alat makan dan peralatan dapur kerap dilabeli tulisan BPA-free. Istilah BPA mungkin masih agak asing bagi sebagian orang. Tak seperti label lainnya, BPA memang bukan sesuatu yang banyak diketahui orang, kandungan BPA dalam suatu produk juga kerap diabaikan.
Padahal, BPA adalah senyawa kimia yang berbahaya untuk kesehatan, baik untuk anak-anak, orang dewasa bahkan ibu hamil. Apa sebenarnya BPA?
BPA merupakan nama lain dari Bisphenol-A. Bisphenol-A ini kerap digunakan untuk mengikat plastik agar lebih padat dan keras. Bahan ini merupakan kandungan berbahaya yang memiliki risiko jangka panjang untuk kesehatan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Oleh karena itu, Ketua Umum Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI) Nia Umar mengatakan, seharusnya BPA tidak digunakan dalam kemasan makanan dan minuman, terutama yang dikonsumsi oleh ibu hamil dan menyusui, serta balita. Namun BPA justru banyak ditemukan pada kaleng makanan kemasan, dan berbagai macam jenis plastik polikarbonat.
Bahkan kata Nia, tak sedikit botol susu yang biasa digunakan bayi justru mengandung BPA. Tak hanya itu, gelas plastik, piring hingga sendok berbahan dasar plastik dipastikan mengandung BPA, padahal peralatan ini paling sering digunakan anak-anak.
"BPA memiliki risiko yang sangat besar terhadap ibu hamil. Salah satunya mengganggu kerja endokrin dan meniru estrogen," katanya saat menjadi pembicara dalam dialog publik, Mendesain Regulasi Bisphenol A yang Tepat dan disiarkan secara daring, beberapa waktu lalu.
Bahan ini memang cukup problematis dalam kehidupan, sebab memang muncul dan ada di mana-mana. Bahkan BPA dengan bebas masuk ke dalam rantai konsumsi masyarakat. Oleh karenanya, BPA ini bisa ditemukan di dalam tubuh manusia melalui urin, darah, termasuk darah ibu hamil, tali pusat, dan ASI.
"BPA adalah polusi yang tidak terlihat dan tidak tercium, namun bisa masuk kemana-mana dengan berbagai cara. Penggunaannya yang terlalu masif dan tidak disadari akan membuat banyak orang terkena penyakit akibat paparan BPA," kata dia.
Mudah masuk ke tubuh
Nia memaparkan, saat bayi diberi ASI, BPA telah masuk ke dalam tubuhnya, apalagi jika bayi mengonsumsi susu formula. Proses masuknya bisa melalui botol susu yang digunakan.
Tak hanya itu, bayi yang diberi ASI juga tak sepenuhnya aman dari BPA. BPA bisa masuk melalui susu yang telah diperah meggunakan sistem pumping, alat perah dan botol yang digunakan tentu mengandung BPA.
"Jadi tak ada alat yang benar-benar aman. Lebih baik diberi secara manual melalui payudara," kata dia.
Nia juga menyinggung penggunaan alat makan dan bungkus makanan plastik yang mengandung Bisphenol A. Banyak makanan yang dijual di berbagai resto mengandung BPA. Tentunya, bahaya BPA ini menghantui bahkan sejak di rumah dan di luar rumah.
"Makanya lebih bagus makanan yang dikemas pakai bahan alami, seperti daun pisang. Itu aman dari Bisphenol A," Jelasnya.
Bahaya untuk kesehatan
Jika sebelumnya Nia menyebut alat makan menjadi rantai paling mudah untuk BPA masuk ke tubuh, ternyata hampir semua peralatan rumah tangga mengandung BPA. Dokter spesialis anak dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Irfan Dzakir Nugroho mengatakan, BPA juga terdapat dalam produk kebersihan, pipa suplai air, dan produk kesehatan gigi seperti pasta gigi, dan penambal gigi.
Oleh karena itu, toksisitas atau racun dari BPA saat ini telah menjadi perhatian, terutama di negara-negara Eropa dan Amerika. Kata dia, racun atau toksisitas BPA menimbulkan berbagai penyakit.
"Efeknya sangat luas di berbagai kelompok. Sudah banyak studi yang membuktikan hal tersebut, dan untuk mencegahnya dibutuhkan regulasi preventif yang menjauhkan masyarakat dari bahaya BPA," katanya.
Kata Irfan, bahaya BPA memang tak akan langsung terasa sesaat setelah tubuh terpapar. Namun, racun dari BPA yang terdapat di seluruh bagian tubuh terbukti berkaitan langsung dengan berbagai penyakit yang bisa timbul di kemudian hari, seperti gangguan hormonal, kanker, penyakit saraf hingga obesitas.
BPA juga disebut bisa mengganggu perilaku manusia, terutama pada anak. Hal ini bisa terjadi sebab BPA yang terdapat dalam tubuh bisa mengganggu kerja endokrin yang merupakan sistem kontrol penghasil hormon dan meniru estrogen, senyawa steroid untuk hormon seks wanita.
"Ada hubungan yang kuat antara paparan BPA dan gangguan perilaku manusia, terutama pada anak-anak. BPA ini menyerupai estrogen dalam tubuh, sehingga mengganggu perkembangan organ seksual pada anak-anak," katanya.