Gunung Masurai terletak di Provinsi Jambi dibawah pengelolaan Balai Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS).
Bagi masyarakat yang tinggal di sekitar kaki Gunung Masurai, nama Masurai memiliki arti 'emas yang terurai'.
Gunung Masurai yang memiliki ketinggian 2.933 mdpl merupakan gunung vulkanik yang sampai saat ini masih menunjukkan aktivitas vulkaniknya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perjalanan dimulai dari Desa Sungai Lalang, yang berada di tengah-tengah antara Gunung Masurai dengan Gunung Nilo di ketinggian 1.416 mdpl.
Perjalanan menyusuri desa memiliki kontur yang cenderung landai, kemudian memasuki jalan setapak yang sebagian sudah dibeton dan sebagian lagi masih berupa jalan tanah sampai dengan batas antara kebun dengan hutan kaki Gunung Masurai.
Vegetasi sepanjang perjalanan dari Camp 1 sampai puncak utama Gunung Masurai didominasi oleh tanaman khas ketinggian, yaitu pohon Cantigi, dan hampir semua pohon-pohon di jalur ini diselimuti oleh lumut yang sangat hijau dengan tingkat kelembaban tinggi, sehingga tanah yang ekspeditor pijak pun hampir menyerupai lumpur.
Bahkan di beberapa titik terdapat lubang-lubang di tanah berada diantara akar-akar pepohonan yang berisi air endapan tawar dan dapat dikonsumsi.
Gunung Tambusisi memiliki ketinggian 2.422 mdpl secara administratif terletak di desa Tambayoli Kabupaten Morowali Utara, Sulawesi Tengah.
Seperti karakteristik gunung di Sulawesi yang mempunyai ketinggian lebih dari 2.000 mdpl, Gunung Tambusisi yang memiliki ketinggian 2.422 mdpl memiliki hutan heterogen yang lebih luas daripada hutan homogennya.
Jalur pendakian dimulai dari Desa Tambayoli, Kecamatan Soyojaya, Kabupaten Morowali Utara, yang terletak di sebelah selatan Gunung Tambusisi menggunakan perahu kayu, membelah Teluk Tomori.
Di beberapa titik, ekspeditor disuguhi dengan pemandangan rumah khas masyarakat adat Suku Taa yang tersusun rapi, dan melewati jalur dengan vegetasi yang bervariasi, dari savanna, cemara gunung, belukar bambu, semak, pakis hutan hingga balutan lumut.
Menuju Pos 6 sebelum puncak, setiap orang harus menjaga jarak karena banyak jalur bebatuan lepas yang harus dilewati.
Bahkan ada satu jalur dimana ekspeditor harus scrambling di medan dengan kemiringan 50-60 derajat dan minim tempat berpegangan sehingga mengharuskan menggunakan bantuan tali.
Tantangan terberat untuk tim saat itu adalah, salah satu anggota yang terus-terusan diganggu oleh makhluk halus sepanjang perjalanan.
Namun, semangat untuk mencapai puncak dan mengikrarkan teks Sumpah Pemuda menjadi penyemangat perjalanan saat itu.
Tibalah mereka di puncak Gunung Tambusisi pada jam 11.30 wita, dengan cuaca yang tiba-tiba berubah gelap dan mendung.
Meskipun begitu, pembacaan teks Sumpah Pemuda tetap dilakukan, dipimpin seorang pendaki wanita yang saat itu bergabung.
Gunung Mekongga merupakan gunung tertinggi di pegunungan Mekongga dengan ketinggian 2.620 mdpl yang membentang di sisi utara wilayah Kabupaten Kolaka, Provinsi Sulawesi Tenggara.
Kawasan pegunungan ini merupakan jajaran Pegunungan Verbeck yang puncak-puncaknya terdiri dari jenis batuan karst dataran tinggi.
Desa Tinukari merupakan desa terakhir yang dilalui sebelum dusun terakhir menuju ke Gunung Mekongga yang masuk dalam Kecamatan Wawo.
Yang menarik, di tengah perjalanan banyak didapatkan kepingan-kepingan mobil bekas. Ketika memasuki Pos 6, ekspeditor disuguhkan dengan pemandangan Danau Coca-Cola, danau luas yang warnanya mirip dengan minuman bersoda.
Menuju Pos 8, ekspeditor melewati hutan lumut, jalur yang semakin menanjak dan terjal, sehingga mengharuskan ekspeditor untuk beristirahat dan tidak memaksakan diri.
Setibanya di puncak pada tanggal 28 Oktober, setelah membacakan teks sumpah pemuda, tim Mekongga mendapatkan panggilan melalui alat komunikasi yang digunakan dari Bapak Ridwan Kamil yang saat itu menjabat sebagai Walikota Bandung.