Kenali Limfedema, Komplikasi Pasca Terapi Kanker

Mayapada | CNN Indonesia
Selasa, 02 Nov 2021 10:10 WIB
Limfedema, merupakan komplikasi berupa pembengkakan pada tangan dan kaki bisa terjadi pada pasien pascaoperasi kanker, kemoterapi, dan radioterapi.
Ilustrasi kanker. (iStock/FatCamera).
Jakarta, CNN Indonesia --

Komplikasi berupa pembengkakan pada tangan dan kaki bisa terjadi pada pasien pascaoperasi kanker, kemoterapi, dan radioterapi. Komplikasi itu dalam dunia medis disebut limfedema.

Dr. Bayu Brahma, SpB(K)Onk mengatakan, limfedema merupakan hal yang sering dialami oleh pasien pascaterapi kanker.

"Limfedema adalah pembengkakan yang umumnya terjadi di daerah lengan atau kaki yang disebabkan oleh penumpukan cairan getah bening akibat tersumbatnya pembuluh getah bening," kata Dr. Bayu yang merupakan Dokter Spesialis Bedah Konsultan Onkologi Mayapada Hospital Jakarta Selatan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dia menjelaskan, cairan getah bening mengandung sel darah putih (sel darah yang melawan infeksi) yang berperan dalam sistem pertahanan tubuh dalam membasmi infeksi. Dalam menjalankan fungsinya, cairan getah bening akan beredar di dalam pembuluh getah bening.

"Ketika terjadi kerusakan pembuluh getah bening, aliran cairan getah bening akan tersumbat dan mengakibatkan pembengkakan di bagian tubuh tertentu," ujar Dr. Bayu.

Lebih lanjut Dr. Bayu menjelaskan siapa saja yang bisa mengalami limfedema. Menurutnya, seseorang yang menjalani operasi besar, termasuk pengangkatan kelenjar getah bening dan yang menjalani terapi radiasi di lokasi di mana terdapat kelenjar getah bening, memiliki kemungkinan lebih besar untuk mengalami limfedema.

Limfedema sendiri dapat muncul 2 sampai 3 tahun setelah operasi. Gejala awal akan dirasakan oleh anggota tubuh atau jaringan yang diterapi, seperti pembengkakan pada lengan atau kaki, sensasi berat atau rasa nyeri yang tidak nyaman pada lengan atau kaki, kulit di area tersebut terasa kencang.

Kemudian ada juga gejala mati rasa atau kesemutan, mudah merasa lelah pada lengan atau kaki, pengerasan dan penebalan kulit (fibrosis kulit).

"Segera konsultasikan dengan dokter spesialis bedah onkologi jika mengalami gejala ini. Mengenali dan menjalani terapi sejak dini dapat mencegah perburukan gejala dan mengurangi keparahan," ucap Dr. Bayu.

Dampak limfedema

Meskipun limfedema biasanya bukan kondisi yang mengancam jiwa, namun dapat berdampak besar pada kualitas hidup pasien yang mengalaminya. Seperti memiliki lengan yang bengkak dapat menurunkan rasa percaya diri akibat penampilan.

Dr. Bayu menerangkan, aktifitas terhambat jika limfedema mempengaruhi kemampuan untuk menggunakan lengan atau kaki.

"Limfedema dapat mengurangi penyembuhan jaringan dan terkadang menyebabkan nyeri kronis. Lengan dengan limfedema dapat menyebabkan selulitis (infeksi kulit yang memerlukan antibiotik dan kemungkinan rawat inap)," katanya.

Jika terkena komplikasi limfedema, pasien disarankan mengikuti terapi. Tujuan utama terapi adalah meredakan gejala dan mengontrol pembengkakan. Terapi yang dilakukan, yakni:

• Pijat manual oleh tenaga medis terlatih untuk melancarkan aliran cairan
• Perawatan kulit dan kuku untuk mencegah luka dan infeksi
• Olahraga aerobik dan angkat beban - Kegiatan ini telah terbukti mengurangi keparahan limfedema, meningkatkan kebugaran secara keseluruhan, dan membantu mengontrol berat badan
• Penggunaan compression garments, yaitu pakaian khusus atau stoking yang menekan lengan atau kaki yang bermasalah agar cairan getah bening dapat keluar.

Selain terapi, sejumlah hal juga dapat dilakukan untuk mencegah limfedema semakin memburuk. Di antaranya jangan memakai pakaian yang terlalu ketat dan menghambat aliran cairan, jaga berat badan tetap terkendali, hindari prosedur medis yang menusuk kulit di lengan atau kaki yang terdampak, hindari pemantauan tekanan darah terus menerus pada lengan yan terdampak (tekanan darah dapat diambil di lengan yang berlawanan atau, jika kedua lengan terdampak, di salah satu kaki).

Adapun dalam beberapa kasus, tindakan pembedahan dapat membantu mengatasi limfedema:

• Lymphaticovenous Anastomosis/Anastomosis vena limfatik (LVA) adalah tindakan intervensi bedah mikro di mana beberapa pembuluh getah bening yang masih berfungsi dihubungkan ke vena kecil di dekatnya, dengan demikian LVA mencoba untuk mem-bypass/melewati pembuluh getah bening yang rusak.

Tujuan LVA adalah untuk mendorong kelebihan cairan getah bening yang terakumulasi di jaringan untuk kembali dengan sistem peredaran darah di lengan itu sendiri. Prosedur ini dapat dilakukan bersamaan pada saat operasi pengangkatan kelenjar getah bening untuk mencegah limfedema

• Transplantasi kelenjar getah bening - Ini adalah operasi di mana kelenjar getah bening yang sehat dikeluarkan dari satu area tubuh dan ditransplantasikan ke anggota tubuh dengan limfedema. Kelenjar getah bening ini dapat membangun kembali sirkulasi limfatik anggota badan dan memperbaiki gejala.

Jika mengalami limfedema, pasien bias menghubungi layanan medis terpercaya. Oncology Center Mayapada Hospital adalah layanan komprehensif mulai dari deteksi dini, diagnosis, pembedahan, kemoterapi, Terapi Target, Imunoterapi, dan Radioterapi untuk menangani berbagai jenis kanker dengan pendekatan multispesialisasi. #SelangkahLebihSehat bersama Mayapada Hospital.

(osc)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER