Alasan Hanya Segelintir Pilot yang Boleh Mendarat di Bandara Paro

CNN Indonesia
Selasa, 02 Nov 2021 18:30 WIB
Hanya segelintir pilot yang diizinkan mendaratkan atau menerbangkan pesawat dari "bandara paling berbahaya di dunia" ini.
Hanya segelintir pilot yang diizinkan mendaratkan atau menerbangkan pesawat dari "bandara paling berbahaya di dunia" ini. (Stockphoto/nyiragongo)

Bandara lain mengandalkan ILS (Instrumental Landing System) untuk memandu pesawat secara lateral dan vertikal dalam pendekatan pendaratan. Di Paro, pilot hanya memiliki satu VOR (Very high-frequency Omni-directional Range) untuk memandu mereka. Namun, IFP (Instrument Flight Procedure) yang disebut RNP AR Cloud-Break sedang dikembangkan untuk Paro oleh NAVBLUE milik Airbus.

Pegunungan di sekitar bandara dapat mencapai ketinggian 5.486 meter, sedangkan Paro sendiri berada di ketinggian 2.244 meter.

Faktor ketinggian ini dengan sendirinya mempengaruhi dan membatasi kinerja pesawat. Pilot juga mengatakan bahwa landasan hanya benar-benar terlihat sesaat sebelum mendarat.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hanya dua maskapai yang terbang ke Bandara Internasional Paro. Maskapai pelat merah Bhutan, Drukair, juga dikenal sebagai Royal Bhutan Airlines, memiliki lima pesawat yang beroperasi. Tiga di antaranya adalah Airbus A319-100 berusia 12 tahun, dan satu turboprop ATR 42/72.

Sedangkan Bhutan Airlines milik swasta mengoperasikan dua pesawat Airbus, keduanya A319-100.

Bandara Internasional Paro awalnya dibangun sebagai landasan udara untuk operasi helikopter panggilan oleh Angkatan Bersenjata India atas nama Pemerintah Kerajaan Bhutan.

Maskapai penerbangan pertama negara itu, Drukair, didirikan pada tahun 1981 dan meresmikan penerbangan pendapatan terjadwal dua tahun kemudian.

Departemen Penerbangan Sipil Bhutan baru didirikan pada tahun 1986. Sebelumnya Drukair bertanggung jawab atas pengoperasian dan pemeliharaan Bandara Internasional Paro.

Drukair memiliki 25 pilot aslo Bhutan, serta 10 pilot ekspatriat.

Hanya segelintir dari mereka sejauh ini telah disertifikasi untuk mendaratkan pesawat di Paro.

Pilot wanita pertama di Bhutan adalah Ugyen Dema yang bergabung dengan Drukair pada tahun 2006.

Bisa wisata ke Bhutan tentu saja pengalaman yang tak akan terlupakan.

Jika terbang dari Kathmandu ke Paro, Gunung Everest dan sembilan puncak tertinggi di dunia - selain K2 - bisa terlihat dari kabin pesawat.

Dalam video Youtube Sam Chui, terlihat kalau pilot Bhutan Airlines sering terlihat berdoa saat pesawat melintasi gunung-gunung di sepanjang perjalanan menuju Bandara Internasional Paro, karena bagi penduduk di Nepal, Tibet dan Bhutan, gunung ialah tempat yang sakral.

[Gambas:Youtube]



(ard/ard)


[Gambas:Video CNN]

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER