7 Destinasi Wisata yang Bisa Punah Akibat Bumi Kian Gerah

CNN Indonesia
Jumat, 05 Nov 2021 15:50 WIB
"Janji manis" pejabat atau pebisnis dunia untuk perlindungan alam nyatanya belum mampu menyelamatkan resor ski atau pulau surgawi favorit mereka dari kepunahan.
Chacaltaya, resor ski tertinggi di dunia yang berada di Bolivia sudah mengalami kepunahan salju pada tahun 2021. (AFP/AIZAR RALDES)

4. Air Terjun Victoria, Zimbabwe

Terletak di barat Zimbabwe dekat Taman Nasional Hwange, Air Terjun Victoria ialah air terjun terbesar di dunia.

Terbentang lebih dari setengah kilometer, air mengucur deras dari ketinggian sekitar 108 meter. Saking derasnya, air terjun ini hanya terlihat seperti kabut saat ditatap dari kejauhan.

Namun sayangnya, Global Climate Risk Index menempatkan Zimbabwe di peringkat dua pada tahun 2018.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Perubahan iklim yang menyebabkan pemanasan global mulai membuat kucuran air di sini berkurang. Dikhawatirkan, Air Terjun Victoria akan kering selamanya.

Jika Air Terjun Victoria yang sebegitu derasnya bisa terancam kekeringan, bagaimana dengan nasib air terjun di Indonesia seperti Tumpak Sewu atau Sigura-gura?

5. Machu Picchu, Peru

Terletak di Pegunungan Andes Peru, Machu Picchu menarik 1,5 juta wisatawan sepanjang tahun 2018.

Namun, para konservasionis khawatir bahwa situs tersebut dapat rusak jika perubahan iklim terus mempengaruhi cuaca.

Secara historis, areanya cukup kering. Namun sejak cuaca semakin ekstrem, kompleks peninggalan Suku Inca ini sering mengalami hujan lebat.

Hujan yang terlalu lebat bisa berdampak pada kerentanan area dan bangunan bersejarah itu, mulai dari ancaman longsor sampai erosi.

Cuaca ekstrem seperti di Machu Picchu kemungkinan juga bakal berbahaya bagi eksistensi bangunan bersejarah lain di dunia, seperti Piramida Giza, Kanal Venesia, sampai Candi Borobudur.

Kerusakan terumbu karang di Taman Nasional Karimun Jawa terjadi akibat penggunaan potas dan cantrang oleh nelayan, coral bleaching, dan kapal tongkang yang berlabuh di kawasan konservasi tersebut.Kerusakan terumbu karang di Taman Nasional Karimun Jawa. (Dok. Greenpeace Indonesia)

6. Great Barrier Reef, Australia

Perubahan iklim yang menyebabkan pemanasan global membuat suhu air laut menghangat. Laut sudah seharusnya dingin, sehingga ikan dan terumbu karang bisa hidup dengan tenang.

Air laut yang menghangat membuat terumbu karang memutih hingga mati, sehingga kawanan ikan kabur dari rumahnya, untuk mencari terumbu karang yang masih hidup.

Jadi jika tak ada lagi terumbu karang, maka tidak ada lagi ikan.

Selain suhu yang menghangat, kerusakan lingkungan di dasar laut juga disebabkan oleh limbah rumah tangga (termasuk aktivitas resor atau kapal pesiar yang tak bertanggungjawab) serta penangkapan ikan yang menggunakan teknik jaring, racun, atau bom.

Berkurangnya jumlah ikan di Bumi juga dapat disebabkan oleh musim yang tak menentu selama perubahan iklim, sehingga mereka gagal bermigrasi dan bereproduksi.

Kekhawatiran yang sama juga bisa saja terjadi di spot-spot menyelam populer di Indonesia, seperti Raja Ampat atau Bunaken.

view of the ocean and the house on waterVila-vila di atas air seperti ini bisa saja musnah saat level air laut naik atau gelombang tinggi yang disebabkan perubahan iklim ekstrem. (iStock/Konstik)

7. Maladewa

Terletak di perairan pirus Laut Arab, Kepulauan Republik Maladewa adalah salah satu destinasi wisata kepulauan yang paling populer di dunia.

Namun, sebagian besar pulau akan kehilangan air tanah yang dapat diminum pada tahun 2100, jika tidak lebih cepat, menurut penulis laporan April 2018 yang diterbitkan dalam jurnal Science Advances.

Selain krisis air bersih, Maladewa juga diramalkan bakal tenggelam karena level air laut semakin tinggi, akibat hilangnya kawasan yang ditumbuhi pepohonan di Bumi, sehingga air dari langit tidak diresap dengan baik oleh tanah.

Berbicara pada konferensi iklim PBB tahun lalu, mantan Presiden Maladewa, Mohamed Nasheed, mengatakan negaranya akan melakukan segala daya untuk mencegahnya dan "menjaga kepala kita tetap di atas air. Kami tidak siap mati," katanya.

"Kami tidak akan menjadi korban pertama dari krisis iklim."



(ard)


[Gambas:Video CNN]

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER