Pembangunan lengkungan dimulai pada 540 Masehi selama perang panjang Dinasti Sassanid Persia dengan Kekaisaran Bizantium.
Lengkungan ini merupakan bagian dari kompleks istana yang dimulai tiga abad sebelumnya.
Dengan tinggi 37 meter dan panjang 48 meter, bangunan ini adalah lengkungan batu bata terbesar di dunia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menteri Kebudayaan Irak Hassan Nazim mengatakan pekerjaan itu bertujuan untuk "mengkonsolidasikan" situs tersebut, yang berada di dekat tepi Sungai Tigris dan berisiko terhadap infiltrasi air tanah.
Fase saat ini dibiayai berkat anggaran sebesar US$700 ribu (sekitar Rp9 miliar) dari Aliansi Internasional untuk Perlindungan Warisan di Area Konflik (ALIPH), kata Laith Majid Hussein, direktur Badan Kepurbakalaan dan Warisan Negara Irak.
Dia menyayangkan "banyak kesalahan" dalam restorasi sebelumnya, termasuk pemasangan "lapisan semen yang berat di lengkungan".
Tahap selanjutnya adalah "restorasi total" yang akan membantu memperkuat struktur dan mencegah keruntuhan, katanya.
Pada tahun 2004, Global Heritage Fund mengatakan bahwa, sebagai akibat dari kerusakan, lengkungan itu "dalam bahaya runtuh".
Peringatan itu terbukti nyata -- pada akhir 2012, sebuah lempengan sepanjang sekitar dua meter roboh.