Natuna dan Tanahnya yang Kaya Artefak Bersejarah

Feri Agus | CNN Indonesia
Minggu, 28 Nov 2021 10:50 WIB
Museum Sri Serindit di Natuna, Kepulauan Riau, menyimpan banyak artefak bersejarah dari para pelintas pesisirnya, salah satunya pedagang asal China.
Foto: CNN Indonesia/ Hamka Winovan

Berjalan di Atas Keramik

Zahar mengatakan benda-benda koleksinya ini ditemukan hampir merata di sejumlah daerah dataran Natuna. Berdasarkan titik lokasi temuan ia menduga masyarakat Natuna dahulu kala hidup menyebar di Pulau Bunguran atau Natuna.

Namun, pihaknya belum bisa menyentuh perairan yang diduga terdapat benda-benda muatan kapal tenggelam ribuan tahun lalu.

"Kita ini hampir lah dikatakan berjalan di atas keramik Kegiatan pencarian ini mulai dari tahun 82 kalau enggak salah," ujarnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Zahar mengatakan masyarakat sampai saat ini masih mencari benda-benda tersebut, terlebih tahun lalu yang terpukul pandemi Covid-19. Nilai jualnya yang tinggi juga mendorong masyarakat mencari barang arkeologi.

Menurut Zahar, pencarian harta karun ini sudah menjadi tradisi masyarakat Natuna saat musim angin utara datang, sekitar November sampai sekitar awal tahun atau saat hujan turun berhari-hari. Mereka pun tak bisa pergi melaut.

Akhirnya mereka banting setir menjadi 'pemburu harta karun'. Aktivitas tersebut dilarang. Namun, kondisi ekonomi mendorong masyarakat mencari barang-barang bersejarah tersebut.

"Kami berupaya menyosialisasikan, tapi menindak secara hukum itu belum tega melakukan itu, tapi pendekatan sudah kami lakukan," ujarnya.

Wisata Bahari

Zahar mengatakan pihaknya sedang menggalakan wisata bahari di Natuna. Nantinya para pelancong bisa mendatangi sejumlah titik lokasi kapal-kapal dari berbagai negara pada masa lalu karam.

Setidaknya terdapat 24 titik kapal-kapal karam di sekitar perairan Natuna. Zahar pun sudah membuka akses ke salah satu titik di sekitar Pantai Teluk Buton.

Di sana ada kapal karam dekat dengan pantai. Menurutnya, wisatawan nanti bisa beraktivitas di sekitar kapal karam tersebut.

"Diving, snorkeling juga bisa, karena dekat dengan karang, kapalnya agak timbul, itu kapal dagang Jepang," ujarnya.

Pemandangan wisata Batu Sindu di kawasan Tanjung Senubing, Bunguran Timur, Natuna, Kepulauan Riau, Minggu (16/2/2020). Tempat wisata ini menawarkan pemandangan batuan yang membentuk morfologi unik dan dikenal sebagai “Tor” granit. ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja.Pemandangan wisata Batu Sindu di kawasan Tanjung Senubing, Bunguran Timur, Natuna. (ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja)

Zahar mengatakan pihaknya sudah menemukan kapal uap Prancis 1827 yang karam di sekitar Natuna. Dengan berbagai temuan-temuan ini, ia berkesimpulan perairan Natuna merupakan jalur perdagangan utama berabad silam.

"Kita jamin Natuna ini jalur perdagangan. Kita lagi menggalakan wisata bahari ke kapal-kapal karang itu, saya melihat Natuna ini pengembangan wisata baharinya besar," ujarnya.

Zahar pun mendorong pemerintah pusat menetapkan Natuna sebagai cagar budaya nasional. Ia pun tak ingin barang muatan kapal tenggelam di perairan diambil dan lalu dibawa keluar Natuna karena benda-benda temuan itu bisa menjadi wisata bahari.

"Jadikan Natuna ini sebagai pembuktian ke negara lain, dan Indonesia pernah sukses menjadikan Natuna pusat perdagangan," katanya.

Bupati Natuna Wan Siswandi mengatakan pihaknya juga sedang mendorong wisata bahari. Siswandi menyebut Natuna memiliki 24 titik kapal-kapal karam. Kapal-kapal ini memiliki sejarah.

"Ada beberapa kapal yang tenggelam yang pernah dinaikin oleh Bung Karno, Bung Hatta, ada semua di laut. Kemudian ada juga kapal-kapal tenggelam dari China yang bawa barang antik, ada semua," ujar Siswandi.

Siswandi menyebut sektor pariwisata menjadi salah satu pilar pembangunan Natuna yang dicanangkan Presiden Joko Widodo.

Ia bakal membuka investasi untuk sektor pariwisata. Ia ingin pelancong lokal maupun mancanegara datang menikmati pesona pantai Natuna.

"Biar saja alamnya seperti ini, tidak perlu kita rubah, paling resort kita coba kembangkan, hotel kalau mau juga silahkan tapi kalau enggak ada ya resort-resort saja biar tidak mengganggu alam," ujarnya.

(ard)


[Gambas:Video CNN]

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER