Selain pembangunan fisik, Siswandi mengatakan pihaknya juga akan memperbanyak festival kebudayaan. Menurutnya, gelaran festival tersebut bisa menjadi magnet wisatawan.
Ia mengaku sudah menyiapkan anggaran untuk membuat beragam festival sepanjang 2022. Dalam rencananya, festival-festival ini akan rutin digelar di Pantai Piwang, Ranai.
"Kami ingin menunjukkan ke orang kalau kami punya budaya, seni itu yang akan kita jual ke luar," ujarnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Siswandi menyebut destinasi wisata unggulan Natuna adalah pantai. Menurutnya, saat ini terdapat delapan lokasi wisata yang ditetapkan sebagai geosite. Saat ini pihaknya tengah mengembangkan 49 lokasi yang tersebar di Kabupaten Natuna menjadi geosite.
"Kemudian di laut, ada beberapa kapal yang tenggelam yang pernah dinaiki oleh Bung Karno, Bung Hatta ada semua di laut. Kemudian ada juga kapal-kapal tenggelam dari China yang bawa barang antik," ujarnya.
Siswandi menyadari harga tiket pesawat ke Natuna terbilang mahal. Kemudian belum ada penerbangan langsung, seperti misalnya dari Jakarta. Bagi pelancong dari dalam maupun luar negeri yang mau ke Natuna juga harus transit dan berganti pesawat di Batam, Kepulauan Riau.
Harga tiket dari Jakarta ke Batam sekitar Rp800 ribu. Kemudian tiket penerbangan Batam ke Natuna bisa mencapai Rp1,8 juta. Dengan demikian, wisatawan yang berangkat dari Jakarta harus menyiapkan dana hingga Rp5 juta untuk pergi dan pulang.
Siswandi mengatakan pengembangan pariwisata butuh kemudahan akses dengan harga terjangkau. Saat ini, kata Siswandi, harga tiket dari Jakarta ke Batam justru lebih murah ketimbang dari Batam ke Natuna. Padahal secara jarak, Batam ke Natuna lebih dekat.
"Bagi pemerintah ini bisa jadi tidak menjadi persoalan, tapi bagaimana bagi masyarakat, pengusaha, dan pariwisata. Dari pada beli tiket Rp1,8 juta ke Natuna mending ke Bali atau ke Lombok, Raja Ampat," kata Siswandi.
Siswandi menyebut pihaknya sedang berupaya menekan harga tiket menuju Natuna. Ia mengaku juga sudah meminta pembukaan rute penerbangan baru pada 2022 ke Kementerian Perhubungan. Pihaknya secara resmi mengirim surat pada 7 Juni 2021.
Rute penerbangan yang diusulkan antara lain Tanjung Pinang-Tambelan-Natuna-Pontianak (PP), Tanjung Pinang-Letung-Natuna (PP), Tanjung Pinang-Tambelan-Natuna (PP), dan Tanjung Pinang-Letung-Natuna-Pontianak (PP).
Menurutnya, pemerintah pusat sedang berencana membangun bandara baru di daerah Kelarik, Kecamatan Bunguran Utara. Ia pun mengusulkan agar bandara baru tersebut, jika tak dipakai untuk kepentingan militer, dikelola oleh pihak swasta maupun BUMN.
Siswandi menyatakan pihaknya tak mampu jika harus membangun bandara sendiri. Meskipun demikian, pihaknya bisa mendukung pembangunan bandara baru tersebut lewat penyediaan tanah mencapai 500 hektare.
"Tanah sudah disediakan mau pemerintah pusat atau swasta bangun kita sediakan. Dalam konteks (agar) transportasi orang dan barang lancar," ujarnya.
"Mempertahankan daerah kan tidak harus dari membawa tentara banyak, tapi bisa gerak dari ekonomi, pariwisata, perikanannya," kata Siswandi.
(ard)