CATATAN PERJALANAN

Sepekan 'Terdampar' di Natuna

Feri Agus | CNN Indonesia
Minggu, 28 Nov 2021 11:10 WIB
Keindahan Kabupaten Natuna sudah terpancar sejak pesawat mendarat di Bandara Raden Sadjad.
Suasana siang menjelang sore di pelabuhan Teluk Baruk, Kecamatan Bunguran Timur, Ranai, Kabupaten Natuna. (CNN Indonesia/Hamka Winovan)

Beragam Pantai Natuna

Jalan raya di Natuna terbilang mulus untuk daerah yang berada di perbatasan. Ruko-ruko juga sudah banyak berdiri di sepanjang jalan utama. Lalu lintas ramai lancar, didominasi pengendara motor.

Di Natuna juga belum berdiri mal atau pusat perbelanjaan seperti di kota-kota besar macam Jakarta. Para pelancong benar-benar hanya menikmati alam yang tersaji di pulau tersebut.

Selama sepekan di Natuna, saya menyambangi beberapa pantai yang berada di Pulau Bunguran.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Natuna memiliki 119 daya tarik wisata, 80 persen berupa wisata bahari. Terdapat 79 pantai yang tersebar di sejumlah kecamatan.

Sebanyak delapan destinasi pun sudah berstatus geosite, antara lain Tanjung Datuk, Pantai dan Goa Kamak, Pulau Senua, Tanjung Senibung, Gunung Ranai, Batu Kasah, Pulau Akar, serta Pulau Setanu.

Destinasti wisata di luar Pulau Bunguran tak kalah indah. Salah satunya Pantai Sisi di Kecamatan Serasan dengan bentangan pantai lebih dari 10 kilometer (km). Namun, saya tak sempat ke sana lantaran masih harus menyebarang dengan kapal.

Pantai yang saya kunjungi pertama adalah Pantai Batu Kasah. Lokasinya di Kecamatan Bunguran Selatan. Pantai ini telah menyandang status geosite.

Pantai dengan pasir putih nan lembut ini memiliki ciri khas, terdapat batuan granit bertumpuk terhampar di bibir pantai. Bebatuan granit berukuran besar dan tak teratur ini seperti yang ada di Belitung, Bangka Belitung.

Namun saat saya ke sana, kawasan pantai tersebut sedang sepi. Amat mengatakan pantai-pantai di Natuna pasti sepi saat hari kerja. Pantai baru disesaki warga ketika akhir pekan.

Tak ada warung yang buka. Pintu masuk pun tak dijaga petugas. Hari itu, saya seperti berada di pantai pribadi.

Selain Pantai Batu Kasah, saya menyambangi Pantai Tanjung yang terletak di Bunguran Timur Laut. Dari Ranai kota, saya menuju ke utara. Melewati beberapa objek wisata seperti Bukit Senubing.

Pantai Batu Kasah, Natuna, Kepulauan Riau.Pantai Batu Kasah. (CNN Indonesia/Feri Agus Setyawan)

Setelah berkendara sekitar 20 menit, saya tiba di Pantai Tanjung. Di tepi pantai terdapat tulisan dalam sebuah papan "Lupakan mantan, bahagialah di sini". Hamparan pasir putih membentang dari selatan sampai utara, dengan puluhan pohon kelapa tumbuh di sepanjang garis pantai.

Beruntung ada beberapa warung yang buka. Saya istirahat sejenak, menikmati kelapa muda. Harga satu buah kelapa muda sekitar Rp10 ribu. Terdapat gubuk kayu yang bediri di tepian pantai, tempat menikmati kelapa muda dan santapan lainnya.

Saya juga mendatangi beberapa objek wisata di utara Pulau Bunguran, mulai dari Pantai Sujung, Teluk Buton, Tanjung Datuk, hingga Pantai Tanjung Sepukat. Hampir seluruh kawasan ini memiliki pasir putih dengan air laut nan biru.

Butuh waktu lebih dari sepakan agar bisa mendatangi semua pantai di wilayah Natuna. Termasuk Pantai Sisi yang berada di Pulau Serasan.

Suasana di Pantai Tanjung. Untuk ke sana memerlukan waktu sekitar 30 menit dari kota Ranai.Dengan hamparan pantai yang begitu panjang dan landai dan pemandangan Gunung Ranai dari jauh, wisatawan bisa melakukan berbagai aktivitas dipantai tersebut. CNN Indonesia/ Hamka WinovanPantai Tanjung. (CNN Indonesia/ Hamka Winovan)

Santap Kudapan Khas Natuna

Kurang afdol jika saya tak mencoba menyantap makanan khas Natuna. Saya diundang prokoler bupati Natuna, Haryadi ke rumahnya. Haryadi membuka kafe di halaman rumahnya. Kafe ini memang khusus menyajikan kudapan asli Natuna.

Lokasi rumah Haryadi masih di daerah Ranai. Malam itu, beberapa anak kecil sedang berlatih silat. Sementara istri Haryadi menyiapkan berbagai bahan baku untuk membuat beberapa makanan khas Natuna.

Makanan khas Natuna ini terbuat dari sagu. Ternyata banyak pohon sagu di sini. Sejak dahulu masyarakat Natuna mengolah sagu menjadi berbagai santapan yang dipadu dengan berbagai jenis ikan.

Malam itu saya disajikan Tabel Mando, Kernas, serta Tabel Arok. Istri Haryadi, Shadieq menjelaskan bahan utama makanan-makanan tersebut adalah sagu. Untuk Tabel Mando, bahan yang dibutuhkan antara lain sagu, kelapa parut, ikan asap. Setelah jadi, bentuknya bulat agak pipih menyerupai Pizza.

Sementara Kernas terbuat dari ikan tongkol yang dihaluskan, sagu butir, santan, telur, ditambah campuran bumbu. Kemudian adonan tersebut dibentuk bulat pipih lalu digoreng.

Tabel Arok merupakan hidangan sagu yang digongseng dengan kelapa parut sampai menggumpal. Cara makannya dengan ikan tongkol berkuah. Hidangan ini menyerupai papeda di Indonesia timur.

Menurt Shadieq, makanan-makanan tersebut nikmat dimakan selagi hangat. Makanan khas Natuna itu juga bisa dinikmati di sekitar Pantai Tanjung. Beberapa warung makan masih menjual hidangan tersebut.

Selain makanan berbahan sagu, saya juga mencoba salah satu makanan khas Natuna lainnya, lempar pulut. Makanan ini bisa dijumpai di sekitar pantai maupun di Ranai Kota. Umumnya penjual lempar pulut buka pada sore hari.

Ada dua jenis lempar pulut, pertama berbahan singkong dan kedua dari beras ketan. Kedua jenis itu sama-sama berisi ikan yang dicincang. Lempar pulut dibungkus dengan daun pisang lalu dibakar beberapa menit. Makanan ini nikmat dicoba saat masih panas, ditemani teh hangat.

Sayonara Natuna

Sama seperti berangkat, tak ada penerbangan yang langsung dari Natuna ke Jakarta. Saya harus terbang terlebih dahulu ke Batam, lalu melanjutkan perjalanan dengan pesawat berbeda.

Karena masih dalam situasi pandemi, masyarakat harus melengkapi sejumlah persyaratan untuk bisa naik pesawat. Seperti vaksinasi minimal dosis satu dan hasil negatif tes PCR atau antigen.

Namun, pada hari Minggu tak ada penerbangan dari Natuna. Jika hendak pulang hari Senin, sebaikan anda memesan tiket sejak seminggu atau empat hari sebelumnya agar tak kehabisan. Pasalnya tiket penerbangan Senin cepat ludes terjual.

Dari cerita beberapa warga lokal, pendatang yang sudah meminum air di Natuna biasanya akan kembali berkunjung ke daerah yang dikenal dengan sebutan 'Laut Sakti Rantau Bertuah' itu.

(ard)


[Gambas:Video CNN]

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER