Virgil Abloh dan Warisan Teori Tiga Persen Dunia Fashion

Fandi Stuerz | CNN Indonesia
Senin, 29 Nov 2021 10:31 WIB
Virgil Abloh, pendiri label Off-White dan desainer untuk Louis Vuitton lini menswear meninggal dunia. Abloh banyak meninggalkan 'warisan' di dunia fashion.
Foto: AFP PHOTO / ALAIN JOCARD

Teori Tiga Persen Virgil Abloh

Meski populer, tidak sedikit pegiat industri fashion yang mengkritiknya. Salah satu hal yang paling membuat orang-orang mode kesal tentang metode Abloh adalah kecenderungannya untuk mencari jalan pintas.

Koleksinya dinilai tidak original dan copy-paste dari desainer lain. Beberapa bahkan menyebutnya copycat, desainer yang malas yang hanya memodifikasi produk-produk dengan yang sudah ada. Namun soal ini, dia tampak tak ambil pusing. Dia punya teorinya sendiri soal desain.

Virgil menyebutnya "pendekatan tiga persen", sebuah teori yang diciptakannya untuk koleksi musim panas 2019. Dalam pandangannya, mengubah desain sebanyak tiga persen sudah cukup untuk membuat benda tersebut memenuhi syarat untuk menjadikannya ciptaan yang baru. Bahkan ketika ia menjadi pembicara di Universitas Harvard, ia menyebutnya sebagai cheat code, atau kode untuk 'mencurangi' aturan tak tertulis dan tak baku bahwa desainer harus selalu membuat sesuatu yang benar-benar baru. Ia membuat konsumen fashion mempertanyakan konsep originalitas, atau yang ia sebut dengan "un-design".

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Siapakah yang melakukan sesuatu untuk pertama kali?" atau "Apakah ada sebuah hal yang benar-benar baru?"

Pertanyaan-pertanyaan inilah yang selalu muncul di setiap koleksinya, termasuk melalui essaynya yang ia luncurkan bersamaan dengan koleksi Louis Vuitton menswear musim dingin 2021. Saat itu desainer lain hanya mengeluarkan show note yang terdiri dari hanya beberapa lembar, Virgil Abloh mengeluarkan essay sepanjang 71 halaman, yang memuat ide-ide dan pemahamannya akan konsep seni, modernitas, hingga proses desain, termasuk di dalamnya 'The vocabulary according to Virgil Abloh' yang berisi kosa kata dan konsep-konsep yang ia coba definisikan, seperti definisi 'Bag', 'Streetwear, 'Greenhouse Effect', dan 'Afrosurrealism.'

Virgil Abloh juga merupakan desainer yang juga sibuk dengan proyek di luar fashion. Selain dari dua pekerjaan sehari-harinya di Off-White dan Louis Vuitton dan juga kolaborasi dengan Nike, Champion, Equinox, Jimmy Choo, Sunglass Hut, hingga Ikea dan McDonald's dia juga punya kesibukan lain sebagai seniman. 

Karya-karya seninya ditampilkan di Museum Seni Kontemporer Chicago, Galerie Kreo di Paris, Gagosian, hingga Louvre. Virgil juga seorang DJ kelas dunia, dan pernah mengolah musik di CircoLoco di Ibiza, Jimmy'z di Monte Carlo, Coachella, Sub Club di Glasgow dan di bulan Mei 2019 ia bahkan menjadi DJ di Potato Head Beach Club di Bali.

Off-White juga membuka butik mereka di Jakarta pada 14 Februari 2019 (di seluruh daratan Eropa, Off-White hanya memiliki butik di 11 kota saja). Sebulan kemudian ia meluncurkan koleksi drop eksklusif bertajuk "TRIPPY", koleksi hoodie, kaos, hingga sarung ponsel berwarna putih dengan pola print berwarna pelangi. Beberapa produk Off-White bahkan dibuat di Indonesia, seperti sepatu seri Vulcanized.

Virgil mengungkapkan, keberaniannya membuka butik di Jakarta dan memproduksi sepatu di Indonesia tak lain karena ia melihat melihat potensi dan 'vibrant youth' di Indonesia.

"Tentu saja. (Saya ingin kembali) bertemu dengan anak-anak muda yang luar biasa kreatif di Indonesia", katanya kala itu.

Kini, desainer polymath itu telah pergi. Namun dengan karirnya yang relatif singkat di industri fashion dan seni kontemporer, ia meninggalkan warisan yang lebih penting dari sepasang sneakers atau sepotong kaos. Ia menunjukkan bagaimana memaknai sebuah desain yang lahir dari kolaborasi, inovasi, dan pentingnya fungsi, dan tidak semuanya harus melulu baru.



(chs)


[Gambas:Video CNN]

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER