HARI AIDS SEDUNIA

5 Hoaks Seputar HIV/AIDS yang Masih Berkembang

CNN Indonesia
Rabu, 01 Des 2021 09:09 WIB
Hingga kini HIV/AIDS masih dilabeli stigma negatif. Berikut beberapa hoaks seputar HIV/AIDS yang masih ada dan diyakini masyarakat.
Hingga kini HIV/AIDS masih dilabeli stigma negatif. Berikut beberapa hoaks seputar HIV/AIDS yang masih ada dan diyakini masyarakat. (iStockphoto/ Jarun011)
Jakarta, CNN Indonesia --

Hingga kini HIV/AIDS masih dilabeli stigma negatif. Sandra Suryadana, konsultan medis sekaligus inisiator @doktertanpastigma, mengaku heran stigma sekaligus mitos-mitos masih beredar soal HIV/AIDS di tengah kemajuan teknologi di bidang kesehatan.

Dia pun menemukan pasien ODHA maupun ODHIV mendapat perlakuan diskriminatif dari para tenaga kesehatan.

"Gerakan @doktertanpastigma ini saripati, benang merah dari pengalaman bekerja melayani pasien. Ayo kita berikan layanan yang lebih humanis buat pasien kita," kata Sandra dalam webinar Hari AIDS Sedunia bersama DKT Indonesia, Minggu (28/11).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Adapun beberapa hoaks seputar HIV/AIDS yang masih ada dan diyakini masyarakat sebagai berikut.

1. Orang bisa tertular HIV jika berinteraksi dengan ODHIV/ODHA

Sandra menegaskan, interaksi dengan ODHIV maupun ODHA tidak akan membuat Anda tertular HIV. Tindakan menjauhi ODHIV/ODHA sangat tidak manusiawi.

Dia menjelaskan prinsip penularan HIV adalah virus masuk lewat cairan tubuh tertentu yakni, darah, air mani, cairan vagina, cairan atau lendir anorektal (anus dan usus besar), dan ASI.

"Kenapa cairan tubuh tertentu? Karena enggak semua cairan tubuh itu bisa menularkan. Virus bisa menularkan jika masuk ke pembuluh darah atau jaringan kulit yang tidak utuh misal luka terbuka, jaringan mukosa atau jaringan yang basah misal, kelopak mata, mulut, anus, vagina," jelasnya.

Ada tiga cara penularan HIV yakni, dari ibu ke anak selama proses kehamilan (virus mampu menembus plasenta), persalinan (vaginal atau caesar) dan aktivitas menyusui.

Hubungan seksual tanpa pengaman atau kondom, dan berbagi jarum suntik dari ODHIV/ODHA terutama pada aktivitas penggunaan narkoba suntik.

2. Heteroseksual tidak perlu khawatir tertular HIV

HIV tidak peduli orientasi seksual Anda tetapi aktivitas seksualnya. Jika dirunut dari sejarahnya, kebetulan di awal kasus penularan terjadi di kalangan homoseksual.

Namun berjalannya waktu, orientasi seksual tidak berhubungan dengan penularan virus.

"Data Kemenkes (Oktober-Desember 2019) menunjukkan yang heteroseksual itu 70 persen positif HIV, sedangkan yang homoseksual 20 persen. Jadi jauh sekali. Seharusnya data statistik ini bisa mematahkan mitos bahwa HIV/AIDS itu karena perilaku menyimpang, nakal, gaya hidup terlalu bebas, kena azab," ujar dia.

"Yang heteroseksual merasa aman, hidup baik, tidak nakal, enggak melakukan ini itu, sayangnya masalah penularan bukan dari orientasi seksual tapi aktivitas seksualnya."

3. ODHIV tidak boleh punya anak karena pasti tertular

Saat ini, banyak ODHIV/ODHA hidup seperti orang-orang pada umumnya bahkan berkeluarga dan memiliki anak dengan negatif HIV.

Sandra menjelaskan saat virus di tubuh ibu dinyatakan tak terdeteksi (viral load undetected), ibu tidak akan menularkan ke anak.

"[ODHIV/ODHA] harus rutin ARV. Kondisi viral load undetected itu enggak permanen, harus ada upaya mempertahankan. Kalau ARV terputus dalam jangka waktu lama, viral load bisa naik apalagi ditambah stres, tidak menjaga stamina tubuh," imbuhnya.

Simak hoaks seputar HIV/AIDS lainnya di halaman berikut.

Hoaks HIV itu vonis mati, ODHIV pasti jadi AIDS

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER