Ukuran penis kerap disandingkan dengan keperkasaan dan kemampuan memberi kenikmatan bagi pasangan di atas ranjang. Padahal tak ada bukti sahih terkait hal tersebut.
Dokter estetik dan seksolog, Haekal Anshari juga menyatakan tak ada ukuran seberapa besar penis yang harus dimiliki pria agar bisa memuaskan pasangannya di ranjang.
"Tidak ada patokan berapa besar penis untuk mengukur seberapa jantan pria di ranjang," kata Haekal saat dihubungi CNNIndonesia.com, Senin(18/10).
Terlepas dari anggapan tersebut, Haekal mengatakan ada berbagai mitos dan fakta terkait ukuran penis pria yang masih berkembang di masyarakat dan salah kaprah. Dia pun lantas meluruskan mitos tersebut dan mengungkapkan fakta sebenarnya.
Berikut mitos VS fakta ukuran penis pria.
Ukuran penis tak bisa disamakan dengan sepatu yang digunakan. Tak ada bukti ilmiah yang membenarkan hal tersebut.
"Klaim ini hanya mitos, karena ukuran sepatu benar-benar tak ada hubungannya dengan penis Anda," kata Haekal.
Sama seperti ukuran sepatu, klaim ini hanya mitos semata. Ukuran jempol kaki dan penis tidak berhubungan sama sekali.
Tak ada bukti apapun terkait hal ini. Besar kecilnya penis tak dipengaruhi oleh ukuran jari Anda.
Ada kepercayaan jika pria memiliki suara berat, maka penisnya cenderung besar. Seperti mitos lainnya, hal ini pun sama sekali tak berhubungan.
Faktanya, Haekal mengatakan bahwa ukuran penis dipengaruhi oleh beberapa hal. Namun, tidak sama sekali berkaitan dengan mitos-mitos tersebut.
Menurut penjelasannya, penis akan tumbuh di masa pubertas antara usia 13-18 tahun dan berhenti di usia 21 tahun.
Ukuran rata-rata penis saat kondisi flaksid atau tidak ereksi adalah sekitar 7-9 cm. Sementar, saat ereksi ukuran rata-rata penis pria adalah 12-15 cm.
"Ras, genetik, hormon, nutrisi, serta ukuran fisik tubuh yang memengaruhi ukuran penis pria," ungkapnya.
Lagi pula, lanjut Haekal, selama anatomi dan fungsi penis itu normal, ukuran bukan segalanya berkaitan dengan kejantanan di ranjang, yang terpenting adalah ereksi keras optimal, tidak ejakulasi dini, sehat dan terjaga kebersihannya.
"Maskulinitas laki-laki tidak dilihat dari ukuran penis, tapi ditentukan dari sikap, tindakan, isi otak, dan tidak menganut pemahaman maskulinitas seksis," katanya.
(tst/agn)