Jika kemudian didiagnosa difteri, maka seseorang mesti dirawat inap, lalu diberi antibiotik. Yang bahaya kalau kuman tersebut mengeluarkan racun atau toksin yang merusak fungsi jantung dan saraf.
Yang terkena difteri harus diisolasi selama dua minggu, dan semua yang di sekitarnya baik itu ibu, nenek, kakak, kerabat lainnya patut diperiksa juga.
Bahkan, Soedjatmiko menambahkan, sebenarnya yang perlu menjadi prioritas imunisasi adalah mereka yang kontak dengan pasien, apakah anggota keluarga, teman sekolah, atau tetangga. Imunisasi untuk cegah difteri ini mesti diulang setiap 10 tahun.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rentang waktu setelah kena diagnosa difteri hingga meninggal dunia beragam. Ada yang lima hari, ada juga yang satu minggu tergantung derajat keparahan. Semua yang meninggal rata-rata yang tidak diimunisasi atau imunisasi tak lengkap.
Faktor lainnya, adalah terlambat dibawa ke RS, otak kurang oksigen meninggal atau kuman mengeluarkan racun sehingga menganggu fungsi jantung.
Oleh karenanya, kata Soedjatmiko, semakin cepat ditangani semakin besar kemungkinan selamat. Begitu diketahui selaput putih-putih di tenggorokan, dan di hidung dibawa ke RS diobati cara benar, umumnya selamat.
Kalau terlambat umumnya meninggal atau terpaksa dibolongi lehernya untuk bisa bernafas.
Atas kemunculan KLB difteri di daerah ini, Kementerian Kesehatan meminta pemerintah daerah meningkatkan angka cakupan imunisasi dasar bagi anak balita dan anak usia sekolah.
(agn)