Sebagian masyarakat menganggap konsumsi susu hanya untuk usia anak atau usia pertumbuhan. Ahli gizi Arif Sabta Aji mengakui konsumsi susu di negara-negara Asia termasuk Indonesia terbilang lebih rendah dibanding negara-negara Barat.
Selain anggapan susu hanya untuk anak-anak, ternyata orang juga menghindari susu karena intoleransi laktosa.
"Bisa jadi masyarakat Indonesia kebanyakan memiliki intoleransi laktosa. Jadi turun-temurun dari orang tua, kakek nenek kita tidak memperkenalkan itu [budaya minum susu]. Minum susu itu bukan keseharian," jelas Arif dalam peluncuran MilkLife Lactose Free Mocha secara virtual pada Kamis (13/1).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Masalah intoleransi laktosa, kata Arif, bukan berarti laktosa merupakan komponen 'jahat' buat tubuh. Justru tubuh tidak memiliki zat atau enzim yang memadai untuk memecah laktosa.
Enzim laktase merupakan enzim yang diperlukan untuk memecah laktosa jadi komponen lebih sederhana yakni glukosa dan galaktosa sehingga lebih mudah diserap tubuh.
"Laktosa itu bukannya berbahaya, tapi kita yang enggak punya reseptornya buat mengolah. Nah kalau enggak punya akan jadi problem. Setelah 30 menit sampai 2 jam setelah konsumsi susu itu akan terasa," imbuhnya.
Orang dengan intoleransi laktosa biasanya akan merasakan tidak nyaman pada perut, mulas, bahkan diare.
Arif menyarankan untuk memilih produk susu yang rendah atau bebas laktosa. Kini pun banyak terdapat pilihan susu nabati seperti susu kedelai, susu oat maupun susu almond.
Akan tetapi, jika ingin mendapatkan manfaat susu sapi, disarankan untuk memilih susu sapi rendah atau bebas laktosa. Anda bisa memperoleh manfaat susu sapi apalagi susu sapi merupakan salah satu pangan sumber kalsium paling baik di antara bahan pangan lain.
"Ini penting untuk pertumbuhan dan perkembangan tulang kita. Kemudian kandungan vitamin dan mineral bisa membantu mencukupi kebutuhan nutrisi sehari-hari," katanya.
(els/agn)