Pembekuan sel telur atau egg freezing sedang populer beberapa waktu terakhir. Pembekuan sel telur dilakukan dengan tujuan agar bisa memiliki anak di masa depan. Seberapa besar peluang hamil dengan pembekuan sel telur?
Dokter spesialis kebidanan dan kandungan Benediktus Arifin menjelaskan metode pembekuan sel telur atau egg banking mirip dengan prosedur yang dilakukan pada In Vitro Fertilisation (IVF) atau bayi tabung.
Pada bayi tabung, sel telur yang diambil langsung ditemukan dengan sel sperma. Sedangkan pada egg banking sel telur yang diambil disimpan dan dibekukan. Sel telur ini bisa digunakan di kemudian hari untuk ditemukan dengan sperma.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sebenarnya egg bangking ini adalah proses di mana sel telur wanita yang sudah kita ambil, kemudian kita freezing atau disimpan," kata dokter yang akrab disapa Benny itu kepada HaiBunda.
Ada tiga tahap dalam egg banking yaitu stimulasi (menumbuhkan folikel), ovum pick up (pengambilan sel telur), dan proses pembekuan sel telur.
Benny mengatakan pembekuan sel telur ini dilakukan pada tiga indikasi, yaitu kondisi darurat bila sperma tidak bisa bisa dikeluarkan suami pada proses bayi tabung, wanita tengah menjalani kemoterapi, atau ingin menunda kehamilan.
Lihat Juga : |
"Misalnya usia 38 tahun, tapi belum mau punya anak dulu. Ini bisa melakukan egg banking, tapi tentu nantinya sel telur ini harus dipertemukan sel sperma suami yang sah ya," kata Benny.
Menurut Benny, peluang kehamilan pada pembekuan sel telur ditentukan oleh sejumlah faktor. Mulai dari usia, kualitas sel telur, dan kualitas sperma suami.
"Semakin usia dini dilakukan sesuai alasan, umumnya kualitas sel telurnya akan lebih baik. Jadi kalau bisa dilakukan sebelum 38 tahun. Tapi, misalnya usia 38 tahun ke atas juga masih memungkinkan," kata Benny.
Simak artikel selengkapnya di sini.
Lihat Juga : |