Melihat Perilaku Flexing alias Pamer, secara Psikologis
Sejumlah kejadian flexing viral di media sosial beberapa waktu terakhir. Flexing merupakan istilah yang diberikan kepada orang yang suka menunjukkan sesuatu tentang dirinya alias pamer. Bagaimana aspek psikologis dalam fenomena flexing ini?
Psikolog Indah Sundari Jayanti menjelaskan flexing menunjukkan kebutuhan terhadap eksistensi diri. Perkembangan dunia digital seperti media sosial membuat perilaku ini semakin sering dijumpai.
"Flexing atau pamer pada dasarnya menunjukkan adanya kebutuhan yang tinggi akan eksistensi diri. Faktor digital dan perkembangan zaman saat ini tentu turut memengaruhi kebutuhan dan standar penilaian individu," kata Indah kepada CNNIndonesia.com, beberapa waktu lalu.
Perilaku flexing ini dapat muncul karena ekspektasi yang tidak sesuai dengan realita pengaruh lingkungan, ketakutan akan penolakan, kebutuhan yang tinggi akan eksistensi diri, dan faktor kepribadian.
Menurut Indah, perilaku flexing ini tak bisa serta merta dikatakan sebagai gangguan psikologis.
"Mengingat perkembangan zaman saat ini yang membuat orang-orang terbiasa 'menunjukkan' berbagai hal, membuat perilaku flexing tidak bisa sepenuhnya dikategorikan abnormal," kata Indah yang merupakan B to C Director Aditi Psychological Center.
Namun, flexing dapat dikategorikan sebagai suatu masalah jika sudah mengganggu aktivitas, merugikan orang lain, atau membuat individu menampilkan citra diri yang sangat berbeda.
"Jika hal ini sudah menjadi satu kebutuhan yang mengganggu jika tidak terpenuhi, maka perlu ditelaah lebih lanjut. Misal, apakah perilaku flexing ini justru membuat individu memaksakan keinginan di luar kemampuannya atau apakah perilaku flexing ini merugikan orang-orang di sekitarnya. Atau bahkan, apakah perilaku flexing ini membuat individu mencitrakan diri sangat berbeda dari ia yang sebenarnya," kata Indah.
Seseorang patut waspada jika sudah mulai menunjukkan ciri-ciri flexing yang mengganggu. Indah membagikan beberapa tanda flexing yang mengganggu, sebagai berikut:
- Selalu memamerkan banyak hal, meskipun hal-hal yang tidak perlu dipamerkan
- Memaksakan diri untuk menunjukkan apa yang dimiliki walau itu di uar kemampuan diri sendiri
- Apa yang dipamerkan belum tentu benar-benar dimiliki
- Merasa terganggu jika tidak membagi atau memberi tahu orang-orang terkait apa yang dimiliki
Lalu, bagaimana cara mengendalikan diri agar tidak flexing? Simak di halaman berikut.