Penyebaran Covid-19 varian Omicron di Indonesia diprediksi tiga kali lipat lebih tinggi dibandingkan puncak penularan varian Delta pertengahan tahun lalu. Kendati demikian, masyarakat diharapkan tetap tenang dan tidak panik karena gejala Omicron lebih ringan dibandingkan gejala varian Delta.
Dokter spesialis penyakit jantung dan pembuluh darah Vito Damay menjelaskan bahwa varian Omicron memiliki daya tular yang lebih tinggi dibandingkan varian lain. Daya tular ini akan membuat kasus Covid-19 meningkat dengan cepat.
"Kalau kita lihat daya tularnya yang lebih tinggi, memang bisa diprediksi kalau akan menular lebih cepat dan angka yang positif lebih banyak," kata Vito kepada CNNIndonesia.com, Senin (31/1).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, Vito mengatakan bahwa gejala yang timbul umumnya relatif lebih ringan terutama pada orang yang divaksin. Gejala Covid-19 varian Omicron meliputi demam, sakit tenggorokan, pilek, kelelahan, dan nyeri perut.
"Tenang saja. Tapi, tenang saja ini bukan berarti menyepelekan. Karena tenang saja ini ada syaratnya. Syaratnya, orangnya sudah divaksin lengkap, apalagi sudah divaksin booster maka akan menurunkan tingkat kesakitan berat dan rawat inap di rumah sakit," tutur Vito.
Vito menjelaskan bahwa vaksinasi booster terbukti dapat meringankan gejala Covid-19.
"Kalau sudah booster harusnya kan orang yang sakit berat itu berkurang walaupun angka nya tinggi tapi yang dirawat di rumah sakit lebih sedikit. Yang membuat kita panik itu kalau rumah sakit penuh dan banyak yang sakit berat," kata Vito.
Selain vaksin, Vito juga mengingatkan masyarakat untuk selalu patuh pada protokol kesehatan dengan selalu memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak.
"Pertahankan protokol kesehatan. Karena Covid itu tetap bikin sakit dan sakit itu tidak enak. Selain itu juga masih ada orang yang punya komorbid dan anak-anak di bawah usia 6 tahun yang belum divaksin," kata Vito.
Vito juga menyinggung bahwa tes antigen yang menunjukkan hasil negatif bukan berarti aman dari virus corona.
"Banyak yang setelah cek melalui antigen, lalu bisa lepas masker. Bukan begitu. Masker harus tetap dipakai. Karena antigen akurasinya 30-60 persen dan sering kali orang tanpa gejala (OTG) tidak terdeteksi," kata Vito.