Kisah Pria yang Klaim 'Ditolak' Donor Jantung Karena Tak Vaksin Covid

CNN Indonesia
Jumat, 18 Feb 2022 19:08 WIB
Seorang pria di rumah sakit di Boston mengaku tak diberi 'jantung baru' karena menolak divaksin Covid-19. (Istockphoto/clubfoto)
Jakarta, CNN Indonesia --

Seorang pria di rumah sakit di Boston mengaku tak diberi 'jantung baru' karena menolak divaksin Covid-19.

Keluarga pasien bernama D.J. Ferguson mengatakan dalam permohonan crowdfunding minggu ini bahwa para pejabat di Brigham and Women's Hospital mengatakan kepada ayah dua anak berusia 31 tahun itu bahwa dia tidak memenuhi syarat untuk prosedur itu karena dia belum divaksinasi covid-19.

"Kami benar-benar tersudut sekarang. Ini sangat sensitif terhadap waktu," kata keluarga itu dalam permohonan penggalangan dananya, yang telah mengumpulkan puluhan ribu dolar, dikutip dari AP.

"Ini bukan hanya masalah politik. Orang harus punya pilihan!"

Ibu D.J., Tracey Ferguson, menegaskan bahwa putranya tidak menentang vaksinasi. Anaknya bahkan sempat divaksin di masa lalu. Hanya saja diagnosis yang diberikan oleh perawat ahli soal fibrilasi atrium - irama jantung yang tidak teratur dan seringkali cepat - membuat kondisinya makin mengkhawatirkan efek samping dari vaksin Covid-19.

Menurut penggalangan dana online, D.J. Ferguson dirawat di rumah sakit pada akhir November karena penyakit jantung yang menyebabkan paru-parunya dipenuhi darah dan cairan. Dia kemudian dipindahkan ke Brigham and Women's, di mana dokter memasukkan pompa jantung darurat yang menurut keluarga hanya dimaksudkan sebagai pengganti sementara.

Namun rumah sakit Brigham & Womens mengungkapkan alasannya. Mereka menyebut sebagian besar program transplantasi di seluruh negeri menetapkan persyaratan serupa untuk meningkatkan peluang bertahan hidup pasien.

"DJ. adalah pasien yang terinformasi," kata Tracey Ferguson dalam wawancara singkat di rumahnya di Mendon, sekitar 48 kilometer barat daya Boston.

"Dia ingin diyakinkan oleh dokternya bahwa kondisinya tidak akan lebih buruk atau fatal dengan vaksin Covid ini."

Rumah sakit mengatakan penelitian telah menunjukkan bahwa penerima transplantasi berisiko lebih tinggi daripada pasien non-transplantasi meninggal akibat Covid-19, dan bahwa kebijakannya sejalan dengan rekomendasi American Society of Transplantation dan organisasi kesehatan lainnya.

Brigham & Womens Hospital juga menekankan bahwa tidak ada pasien yang ditempatkan pada daftar tunggu organ tanpa memenuhi kriteria tersebut, dan menolak anggapan bahwa kandidat transplantasi dapat dianggap sebagai "pertama dalam daftar tunggu organ."

"Saat ini ada lebih dari 100 ribu kandidat dalam daftar tunggu untuk transplantasi organ dan kekurangan organ yang tersedia - sekitar setengah dari orang dalam daftar tunggu tidak akan menerima organ dalam waktu lima tahun," kata rumah sakit.

Rumah sakit di negara bagian lain telah menghadapi kritik serupa karena menolak transplantasi untuk pasien yang tidak divaksinasi COVID-19.

Di Colorado tahun lalu, seorang wanita yang menderita penyakit ginjal stadium akhir mengatakan dia ditolak transplantasi oleh rumah sakitnya karena dia tidak divaksinasi.

(chs)


KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK