Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) menyatakan efektivitas vaksin mRNA yakni Pfizer-BioNTech dan Moderna menurun setelah empat bulan.
Kemampuan vaksin untuk melawan virus dengan gejala sedang maupun parah hanya bertahan selama kurang lebih dua bulan.
Efektivitas vaksin disebut menurun secara substansial, sehingga para peneliti melaporkan kemungkinan mereka yang berisiko tinggi memerlukan suntikan booster tambahan.
Sebagaimana dilansir The Scientist, para peneliti mengukur efektivitas vaksin mRNA, baik Pfizer-BioNTech maupun Moderna dalam mencegah rawat inap dan kunjungan ke unit gawat darurat atau fasilitas perawatan darurat lainnya.
Para peneliti menggunakan data dari 10 negara bagian Amerika Serikat yang dikumpulkan antara 26 Agustus 2021 hingga 22 Januari 2022.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Para peneliti menganalisis 241.204 kunjungan ke unit gawat darurat dan fasilitas perawatan darurat serta 93.408 rawat inap di antara orang dewasa yang berusia di atas 18 tahun dan telah menerima dua atau tiga dosis vaksin.
Mereka menemukan bahwa suntikan booster 91 persen efektif mencegah rawat inap terhadap varian apa pun selama dua bulan. Namun, setelah empat bulan, jumlah ini menurun menjadi 78 persen.
Penelitian lain menunjukkan bahwa seiring waktu, vaksin mungkin kehilangan sebagian kemampuannya untuk mencegah penyakit parah pada orang dewasa yang berusia di atas 65 tahun, tetapi tetap efektif pada orang yang lebih muda dengan kesehatan yang baik.
Pejabat kesehatan federal masih perlu mencari tahu siapa yang berisiko tinggi setelah menerima tiga dosis untuk menentukan siapa yang membutuhkan booster tambahan.
"Mungkin ada kebutuhan untuk booster tambahan, dorongan dosis ke-empat untuk individu yang menerima mRNA - yang dapat didasarkan pada usia, serta kondisi yang mendasarinya," kata National Institute of Allergy and Infectious Diseases Director Anthony Fauci.