Ramainya kasus perselingkuhan yang diunggah ke media sosial makin marak belakangan ini.
Anda tentu masih ingat dengan fenomena serial Layangan Putus dan The World of Married yang jadi viral, sampai kasus perselingkuhan para selebriti yang menjadi konsumsi publik.
Topik perselingkuhan memang menjadi salah satu pembahasan yang menarik buat banyak orang. Tak cuma dalam kehidupan nyata tapi juga serial, film, sampai novel.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mengutip survei kecil :Perselingkuhan: Ngeselin yang Jadi Trending Topik, dari Jakpat dan Cabaca, platform penerbitan digital yang berasal dari Yogyakarta, sekitar 60,29 persen dari 209 responden atau orang Indonesia tertarik dengan cerita film atau drama soal perselingkuhan.
Buku dengan topik perselingkuhan ini juga diminati banyak orang. Ketertarikan yang sama juga tampak dari banyaknya orang yang membaca novel bertemakan perselingkuhan. Di platfom baca Cabaca, misalnya, cerita-cerita yang mengangkat tema perselingkuhan ternyata memiliki view tinggi.
"Salah satu penyebab cerita tentang perselingkuhan ini disukai adalah bisa jadi karena sangat dekat dengan keseharian, entah itu dialami sendiri ataupun dialami oleh orang terdekat kita. Atau mungkin banyak juga yang merasa baru bisa bersimpati jika membaca atau menonton cerita-cerita tersebut," ungkap Fatimah Azzahrah, Co-Founder Cabaca dalam pernyataan yang diterima CNNIndonesia.com.
Psikolog dari Universitas Gadjah Mada, Koentjoro mengatakan perselingkuhan umumnya terjadi karena sejumlah alasan yang tak bisa dibenarkan.
Orang yang selingkuh cenderung mencari-cari alasan seperti rasa bahagia yang kurang didapatkan, monoton, hingga rasa bosan. Padahal, berselingkuh tak bisa mendapatkan rasa bahagia maupun mengatasi kebosanan.
"Bilangnya memang buat mencari kebahagiaan, padahal tidak itu. Masalah, bencana yang didapat," kata Koentjoro saat dihubungi CNNIndonesia.com melalui telepon, Senin (10/1) lalu.
Perselingkuhan bisa menimbulkan tantangan tersendiri. Saat berselingkuh seseorang merasa tertantang untuk bersembunyi, menutupi sesuatu dari pasangan, hingga berbohong. Orang yang berselingkuh cenderung menikmati hal ini.
"Muncul kepuasan tersendiri ketika bisa menyelesaikan tantangan tersebut," kata Koentjoro.
Perselingkuhan bisa terjadi karena ada kesempatan. Misalnya, kata Koentjoro, tiba-tiba ada kegiatan di luar rencana yang mengharuskan ke luar kota kemudian bertemu dengan seseorang dari masa lalu, atau ikut acara reuni kampus.
"Ini bisa memunculkan keinginan berselingkuh, muncul kesempatan untuk mendekati orang yang pernah disukai atau mendekati teman kerja," katanya.
Menurut Koentjoro, orang yang berselingkuh biasanya beralasan ingin mencari kebahagiaan, padahal mereka justru salah memaknai kebahagiaan. Berselingkuh malah menghancurkan tak hanya diri sendiri tapi juga orang lain.
"Kebahagiaan itu harusnya bersyukur dengan apa yang sudah dimiliki," kata Koentjoro.
(chs)