Jakarta, CNN Indonesia --
Kontroversi periode kelam yang disebut Belanda sebagai Masa Bersiap memicu protes dari pegiat sejarah Bonnie Triyana. Hal ini terjadi lantaran Bonnie menganggap bahwa penggunaan kata bersiap dalam pameran Revolusi di Rijkmuseum ini sebagai ucapan rasial.
Dalam memori kolektif di Indonesia, periode itu dikenal sebagai Agresi Belanda. Sementara di Belanda mengenang periode itu sebagai 'Periode Bersiap'.
Periode bersiap ini akhirnya tetap dipakai dalam pameran Revolusi yang digelar Rijksmuseum, Amsterdam yang dibuka pada 11 Februari lalu dan berlangsung hingga Juni 2022.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pameran di Rijksmuseum ini menarik perhatian banyak orang. Orang-orang mengantre untuk bisa masuk museum. Namun perlu diketahui bahwa di museum ini tak cuma ada pameran Revolusi saja, tapi juga ada pameran lainnya, termasuk pameran tetap di museum tersebut.
Tiket pameran Revolusi di Rijksmuseum ini dijual dengan harga 20 euro per tiket atau sekitar Rp314,8 ribu. Ini merupakan harga tiket terusan, artinya Anda bisa menyaksikan semua pameran yang ada di museum ini setiap lantainya.
Pameran Revolusi sendiri berada di area yang mudah terlihat. Banyak orang yang tertarik untuk melihat bagaimana perjuangan Indonesia melawan Belanda dan juga masa Kemerdekaan Indonesia.
|
 Foto: CNN Indonesia/Christina Andhika revolusi- rijkmuseum |
Di dekat pintu masuk ruang pameran, video Presiden pertama Indonesia, Soekarno muncul menjadi pembuka. Video Soekarno yang tengah mengumandangkan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia seketika membuat merinding. Video hitam putih yang terpampang besar di layar bersisian dengan keterangan yang menjelaskan soal kemerdekaan Indonesia.
Ruang pamer dibuat berlorong-lorong untuk memudahkan pengunjung melihat berbagai benda-benda bersejarah yang dipamerkan. Tentunya beserta penjelasan periode sejarahnya.
Barang-barang yang dipamerkan di Rijksmuseum ini beberapa dibawa dari museum di Indonesia, misalnya saja Museum Penerangan dan juga Museum Arsip Nasional dan dokumen keluarga.
Foto-foto pribadi dari pahlawan kemerdekaan Indonesia, buku harian, lukisan, surat pribadi, sampai surat penunjukkan mereka menjadi anggota pasukan RI untuk melawan Belanda.
Salah satu yang menarik perhatian adalah area di tempat di mana penjelasan soal periode bersiap ini muncul.
Dalam penjelasan bahasa Belanda dan Inggris, periode bersiap dituliskan dalam bagian violence.
"The arrival of British and some Dutch troops at the end of September 1945 adds fuel to the fire of the revolution and violence erupts in parts of the country from October 1945.
The goverment of the Republic of Indonesia is unable to control armed revolutionary groups, Indonesian militant groups attack (indo-European, Chinese and Moluccan civilians. The Dutch call this violence - which was to last early 1946- 'bersiap'"
Anna Sophia Uhlenbusch is one of the many civilian victims in the first months of the revolution."
Kontroversi ini terjadi berawal dari tulisan kurator pameran Bonnie Triyana soal pernyataannya terhadap istilah 'Bersiap' dalam sejarah kelam periode 1945-1947. Bonnie berpendapat istilah tersebut harus dihilangkan. Sebab, baginya narasi 'Periode Bersiap' selalu menampilkan wajah orang Indonesia yang primitif, biadab, serta tersulut kebencian ras.
"Padahal akar persoalannya adalah ketidakadilan yang diciptakan kolonialisme, yang membentuk struktur masyarakat yang hierarkis secara rasial guna menyelubungi eksploitasi terhadap koloninya," tulis Bonnie dalam sebuah artikel opini di situs NRC, 10 Januari 2022.
Atas pernyataannya tersebut, sejumlah pihak, terutama Federasi Indo-Belanda (FIN) melaporkan Bonnie ke kepolisian Belanda.
FIN menilai apa yang dilakukan Bonnie dan aksinya dalam pameran Rijksmuseum adalah sebuah pemalsuan sejarah.
"Menolak istilah Bersiap sama saja seperti menolak fakta Holocaust (pembantaian umat Yahudi Eropa oleh tentara Nazi Jerman saat Perang Dunia II), menolak kejahatan terhadap kemanusiaan, menolak kejahatan perang yang dalam beberapa kondisi di Belanda bisa dihukum," kata juru bicara Federasi Indo-Belanda (Federatie Indische Nederlanders/FIN), Michael Lentze, kepada CNNIndonesia.com pada Selasa (19/1).
"Dan kami meyakini dalam kasus ini, Bapak Triyana telah melanggar hukum," paparnya.
Kasus ini sempat jadi kontroversi, ada yang membela dan ada yang menentang.
Cucu pejuang revolusi asal Sulawesi Selatan Andi Abubakar Lambogo, Ricky Lambogo mengecam narasi di sekitar pameran Rijksmuseumyang dinilai mendiskreditkan bangsa Indonesia karena tema 'bersiap.'
"Sangat tidak masuk akal fakta-fakta mengenai sejarah yang terbangun di Belanda," ujar Ricky Lambogo kepada CNNIndonesia.com, Kamis (27/1).
 Foto: CNN Indonesia/Christina Andhika revolusi- rijkmuseum |
Ricky merupakan cucu dari Pejuang asal RI asal Sulsel, Andi Abubakar Lambogo yang memimpin Komando Batalion I Massenrempulu yang menjadi bagian dari Tentara Republik Indonesia persiapan Sulawesi (TRIPS).
Selain itu beberapa poster penambah semangat yang pernah dibuat di zaman kemerdekaan juga turut dipamerkan. Selain itu, di akhir pameran, terdapat video yang menampilkan putra-putri pahlawan yang berkisah soal perjuangan ayah mereka di medan perang.
Pameran ini mengundang banyak perhatian dari masyarakat. Bukan hanya orang Indonesia tapi juga warga Belanda yang membaca satu per satu penjelasan dan kisah kemerdekaan Indonesia.
 Foto: CNN Indonesia/Christina Andhika revolusi- rijkmuseum |