Puncak Guha mungkin tak sepopuler destinasi wisata lain di Garut, seperti Pantai Santolo atau Talaga Bodas. Namun, keindahannya tak bisa diremehkan begitu saja.
Puncak Guha berada di Desa Sinarjaya, Kecamatan Bungbulang, Kabupaten Garut. Sekitar 9,5 km dari Tugu Batas Cianjur dan Garut. Sebelum mencapai Puncak Guha, pengunjung disambut lahan pertanian.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lihat Juga :![]() MUDIK LEWAT PANSELA Lenyapnya Lobster-lobster dari Jayanti |
Dari ketinggian Puncak Guha, wisatawan bisa bersantai di bawah pohon pandan laut sambil mendengarkan deburan ombak dan semilir angin. Kawanan domba yang lalu lalang menambah asri suasana.Hamparan laut lepas menyapa mata begitu tiba di lokasi tujuan. Puncak Guha memang berdiri di atas tebing.
Ada banyak pohon pandan laut di sana. Jadi tak perlu khawatir harus berebut tempat untuk berteduh. Pengunjung bisa duduk langsung di rerumputan, atau di bangku kayu yang telah disediakan.
Ada juga saung-saung kecil untuk makan bersama atau sekadar bercengkerama.
Puncak Guha yang menjorok ke lautan ini mulai dilirik setelah menjadi bagian cerita dalam novel Perahu Kertas karangan Dee Lestari. Lokasi ini adalah tempat pertemuan Kugy dan Keenan, dua tokoh utama novel tersebut.
Namun pandemi virus corona pada 2020 membuat destinasi wisata ini redup. Kondisi ini berlangsung cukup lama. Barulah ketika kasus Covid-19 mulai melandai pada awal 2022, kunjungan wisatawan perlahan bangkit.
Lihat Juga :![]() CATATAN PERJALANAN Jalur Mudik Pansela: Surga Wisata Anti Bosan nan Menantang |
Untuk menikmati keindahan alam di sana, pengunjung hanya perlu mengeluarkan kocek Rp7.500 per orang untuk tiket masuk.Ditambah lagi, ketika keindahan Puncak Guha semakin terekspose di media sosial. Banyak pengunjung mengaku tertarik datang setelah melihat unggahan di Instagram maupun Tiktok.
Pengunjung juga bisa berkemah di Puncak Guha. Mereka hanya ditarik pungutan Rp5.000 untuk berkemah.
Salah satu wisatawan dari Bandung, Farhan mengatakan mengeluarkan uang Rp12.500 untuk berkemah di Puncak Guha sama sekali tak rugi. Saat tidur diiringi deburan ombak, pagi hari disambut birunya Samudra Hindia.
"Enak banget. Ada suara ombak. Healing ya. Di Bandung, mah enggak ada," kata dia sambil melipat tenda usai berkemah.
Di tengah Puncak Guha terdapat pagar yang mengelilingi lubang besar. Itulah pintu masuk Guha Lalay, gua tempat bersarang ribuan kelelawar, seperti tempat persembunyian superhero Batman atau manusia kelalawar.
Menurut Asep Suherman, salah satu pedagang sekaligus penghuni Puncak Guha, gua itu pernah menjadi tempat pelarian tentara kolonial Belanda untuk bersembunyi dari kejaran para pejuang Indonesia. Cerita itu ia dapat dari penuturan sesepuh setempat.
"Tiap saya ke bawah (gua), kalau ada yang kesurupan, ngomong Bahasa Belanda," kata Asep yang mengaku beberapa kali menyusuri Guha Lalay.
Lihat Juga :![]() MUDIK LEWAT PANSELA Pendar Pelangi Curug Ceret Naringgul di Tepi Jalur Pansela |
Kisah lainnya, di sekitar gua itu dijadikan tempat ritual bagi segelintir orang. Solihat, nenek yang tinggal di Puncak Guha bercerita, biasanya tiap malam Jumat dan Selasa ada saja orang yang menjalankan ritual sambil membawa kemenyan.Selain itu, kata Asep, Puncak Guha juga disebut-sebut menjadi tempat pembantaian simpatisan PKI dan Gerwani. Ia mendengar kisah itu dari neneknya yang juga menjadi saksi sejarah.
"Dulu mah angker di sini sebelum tahun 2000. Ada yang lewat sampe sakit," katanya saat ditemui di gubuknya.
Zaman telah berubah. Puncak Guha bukan lagi tempat persembunyian bangsa kolonial, tapi kini menjadi pelarian para wisatawan yang bosan dengan kesumpekan kota.
(yla/pmg)