Serangan asam lambung yang parah itu terjadi persis setelah Anggun mengalami keguguran. Riwayat asam lambung yang dimiliki, ditambah faktor stres akibat kehilangan calon buah hati, membuat gejala semakin parah.
"Memang sejak keguguran, rasanya stres berkepanjangan, lalu muncul GERD, dan semakin menjadi-jadi akhirnya," ujar Anggun bercerita.
Sejak saat itu, perasaan mendekati ajal terus menerus menghampiri Anggun. Membuatnya kesulitan menjalani kehidupan sehari-hari.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sama seperti Anggun, perasaan takut mati juga menghampiri Heksa (33). Rasa ingin pingsan, jantung berdebar, dan tangan yang gemetar membuatnya kalang kabut.
"Saya pikir, saya kena serangan jantung," ujar Heksa pada CNNIndonesia.com, Rabu (20/4).
Pemeriksaan dokter menyebutkan bahwa Heksa mengalami penyakit asam lambung.
Tak percaya, Heksa bulak-balik pergi ke dokter hingga enam kali, termasuk juga melakukan EKG, cek darah, dan lain-lain.
Hasilnya, normal. "Cuma, ya, tetap aja rasanya takut," kata dia.
Sejak saat itu, Heksa kerap merasa ketakutan. Ia takut sesuatu buruk terjadi padanya dan tak ada yang menolongnya.
![]() |
"Termasuk saat naik motor. Saya berhenti di tengah jalan, karena takut mati pas di motor," kata Heksa. Sempat juga Heksa keluar dari saf salat Jumat karena tiba-tiba merasa takut hidupnya akan berakhir.
Salah satu cara mengatasinya, Heksa kerap menelpon kawannya untuk mengalihkan pikiran bahwa hidupnya akan berakhir. Keberadaan orang lain di dekatnya membuat Heksa lebih tenang.
"Tapi, sebenarnya itu [ketakutan] yang menguras tenaga. Pikiran takut mati. Akhirnya efeknya ke fisik. Mata celong, kepala pusing dan berat," ujar Heksa.
Kini, setelah menjalani pengobatan dengan psikiater beberapa lama, kondisi Heksa mulai membaik. Ia bisa beraktivitas dengan normal, meski sesekali rasa tak karuan itu muncul selewat.
Sebagai seorang musisi, Adrian (35) kerap berkeliling berbagai kota untuk tampil. Tapi, ia selalu memberi syarat pada penyelenggara acara: memberinya hotel yang berdekatan dengan rumah sakit.
Bukan apa-apa, Adrian tak mau berada jauh dari rumah sakit saat ia mengalami sesak napas dan nyeri dada. Sensasi menyeramkan yang dialaminya saat pertama kali menghadapi serangan naiknya asam lambung parah.
Lihat Juga : |
Serangan itu terjadi pada tahun 2012 lalu. Di tengah agenda kongko bersama kawan, Adrian tiba-tiba merasa tak karuan. Rasa itu disusul dengan sensasi mual dan sesak napas, dan berakhir pada nyeri di bagian dada.
Dari sana, Adrian pergi ke IGD RS seorang diri. Pemeriksaan EKG menunjukkan hasil yang normal. Tapi, ternyata lambungnya penuh dengan gas.
"Begitu disuntik obat penetral asam lambung, udah lega," kata Adrian pada CNNIndonesia.com, Kamis (21/4).
Kondisi itu membuat Adrian akhirnya menemui ahli penyakit dalam, yang akhirnya merujuknya untuk menemui psikiater.
Sepanjang tahun 2013-2014 adalah waktu yang paling merepotkan bagi Adrian. Ketakutannya semakin menjadi-jadi.
Adrian bisa saja tiba-tiba panik, ketakutan, menangis, sesak napas, dan nyeri dada. Saat rasa-rasa itu muncul, ia langsung lari ke IGD.
![]() |
Ibarat kamar, bagi Adrian, IGD adalah satu satu ruang yang memberikan rasa nyaman. "Rasanya nyaman dan aman aja kalau ada di IGD. Misal ada apa-apa, tenang aja, di sini ada ahli-ahli yang bisa menangani," ujar Adrian.
Jika dihitung, dalam setahun, Adrian bulak-balik ke IGD sebanyak 38 kali. Artinya, rata-rata Adrian pergi ke IGD tiga kali dalam setiap bulannya.
"Sampai akrab sama tenaga kesehatan di RS. Saya juga selalu diperiksa dengan SOP yang benar, walau ujung-ujungnya, ini tuh enggak ada yang perlu dikhawatirkan," ujar Adrian.
Sama seperti Adya, Anggun, dan Heksa, serangan naiknya asam lambung yang parah membawa Adrian pada ketakutan-ketakutan di luar nalar.
Dari asam lambung, Adrian kemudian mengalami gangguan cemas. Dari sana, lebih spesifik lagi, Adrian mengalami hipokondria.
Semuanya terjadi berurutan, seolah menjadi 'skenario' pasti yang akan selalu dialami pasien asam lambung. Dari serangan asam lambung yang menakutkan, berubah menjadi ketakutan-ketakutan yang di luar nalar.
Kini, kondisi Adrian jauh lebih baik. Selain melakukan perawatan dengan psikolog dan psikiater, meditasi juga menjadi salah satu P3K-nya saat rasa tak karuan itu muncul. Menurutnya, saat kecemasan itu perlahan hilang, dirinya lebih bisa mengontrol respons saat asam lambung naik.
"Sekarang, sih, saya tinggal menertawakan aja ketakutan-ketakutan saya di masa lalu. Kalau dipikir-pikir, kok, rasanya saya waktu itu seperti 'orang gila' ya," ujar Adrian seraya tertawa kecil.
(asr)