Pusat kegiatan di pulau Mykonos, tempat sebagian besar restoran, bar, klub malam, toko, dan hotel berada, disebut Kota Mykonos atau Chora (dibaca 'hora').
Kota ini jadi rumah bagi kehidupan malam dan pusat makan Little Venice, Kincir Angin Kato Mili yang terkenal, dan Old Port, sebuah area pelabuhan tua.
Para turis berbondong-bondong menjelajahi gang-gang kecil, melihat kehidupan sehari-hari penduduk lokal, berbelanja barang kerajinan tradisional hingga barang mewah, dan menikmati makanan khas Yunani di banyak restoran dan kafe mini yang tersebar di seluruh kota.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bukan cuma Belanda yang punya kincir angin. Kincir angin adalah ciri khas lanskap Mykonian. Banyak kincir angin tersebar penjuru pulau, tetapi sebagian besar terkonsentrasi di kota utama Chora dan semuanya menghadap ke utara.
"Kato Mili" yang terkenal di Chora berdiri megah dalam barisan di atas bukit yang menghadap ke laut. Kincir angin adalah simbol dari aspek penting dari sejarah pulau dan banyak dari mereka telah diperbaharui dan dipugar untuk melestarikan keindahannya.
Tidak ada kincir angin yang beroperasi saat itu tetapi banyak yang berfungsi sebagai rumah bagi penduduk setempat dan tempat dimana banyak dokumen historis Mykonian disimpan.
![]() |
Mengapa semua berwarna putih? Tidak hanya rumah sakit, namun juga gereja, gedung balai kota, toko, restoran, dan rumah penduduk. Seluruh bangunan di Pulau Mykonos dicat putih dan memiliki pintu dan jendela berbahan kayu dengan satu warna yang sama untuk setiap keluarga penghuninya.
Banyak orang mengenali biru dan putih sebagai warna ikonik Yunani, teringat dari warna benderanya. Biru dan putih juga menggambarkan warna laut dan langit yang cerah, identik dengan Mediterania yang indah. Namun, di kepulauan Cycladic, warna biru dan putih khas rumah tidak didasarkan pada simbolisme warna di Yunani.
Rumah di pulau-pulau seperti Mykonos, Paros, Santorini, dan Naxos awalnya dibangun dari batu. Ini lebih pada alasan praktis, karena hanya ada sedikit kayu di pulau Aegean yang berbatu. Namun, batu-batu itu biasanya berwarna gelap.
Kondisi ini menimbulkan masalah selama musim panas Yunani yang cerah. Sinar matahari yang menyinari rumah-rumah akan diserap oleh batu-batu gelap, membuat interiornya sangat panas. Jadi penduduk mulai mengecat batu-batu itu dengan warna putih untuk mendinginkan ruangan mereka.
Kemudian, pada tahun 1938, dikeluarkan hukum yang turut mempercepat penyebaran estetika desain baru ini. Pada saat itu, Yunani sedang menderita wabah kolera selama kediktatoran Ioannis Metaxas. Dalam upaya untuk mengekang penyakit, ia memerintahkan warga untuk mengapur rumah mereka.
Ini mungkin terdengar aneh, tetapi kapur yang digunakan untuk mengecat rumah mengandung batu kapur. Batu kapur adalah disinfektan yang kuat, dan tidak banyak bahan lain yang umum digunakan pada saat itu. Warga Yunani dengan demikian mengapur rumah mereka untuk membantu membersihkan mereka dan mengurangi penyebaran kolera.
Kini, meskipun hukum ini tidak lagi berlaku, secara tradisi para Mykonian akan mengecat rumah mereka dengan warna putih, dengan jendela dan pintu dengan warna-warna lain, tidak hanya biru. Hasilnya, seluruh pulau yang terlihat rapih dan bersih, namun tetap berwarna, dan tentu saja, Instagramable di setiap sudutnya.