Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi mengungkap strategi sukses Pemerintah Kota Semarang mengangkat ekonomi daerah. Ia menyampaikan hal tersebut saat menjadi dosen tamu secara daring pada kuliah umum yang digelar Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto.
Pria yang akrab disapa Hendi ini merupakan Doktor Ilmu Sosial Universitas Diponegoro. Pada Minggu (15/5), Hendi diminta mengajar mata kuliah dinamika kelompok dan kepemimpinan. Ia pun mengangkat tema 'Bergerak Bersama, Tumbuh Bersama' dalam kuliah tersebut.
Hendi menjelaskan secara teori yang dilakukannya di Kota Semarang adalah menggeser implementasi konsep ekonomi. Semula pihaknya menggunakan konsep Trickle Down Economy (ekonomi menetes ke bawah), yang kemudian bergeser menjadi Equal Economy (ekonomi kesetaraan).
"Di Amerika sendiri konsep Trickle Down oleh Presiden Joe Biden dikatakan tidak pernah berhasil. Maka pola pikir pembangunan ekonomi kita harus digeser. Harus sejalan dengan semangat Bapak Presiden Jokowi untuk menjadikan ekonomi kerakyatan sebagai pilar bangsa," jelas Hendi dalam keterangan tertulis, Senin (16/5/2022).
Hendi mengatakan saat mengadopsi konsep Trickle Down, ekonomi hanya dikuasai oleh pihak-pihak tertentu saja.
"Mengapa begitu? Karena secara konsep memang alur umumnya bertumpu pada pemodal besar, untuk kemudian diharapkan pemodal besar itu membuka lapangan kerja sebanyak-banyaknya. Tapi faktanya, konsep itu menurut saya justru melebarkan kesenjangan," paparnya.
Untuk itu, Hendi menegaskan konsepsi ekonomi kerakyatan yang bertumpu pada kesetaraan ekonomi harus menjadi fokus saat ini. Pasalnya, selain memicu kesenjangan, ekonomi yang bertumpu pada pemodal besar akan sangat rentan jika terhantam krisis.
Ia mencontohkan krisis ekonomi yang pernah terjadi tahun 1998 membuat pemulihan ekonomi cukup lama dicapai saat itu.
"Di Kota Semarang sekarang saat terhantam Covid-19 pada tahun 2020 laju pertumbuhan ekonominya minus -1,85%, tapi kemudian di tahun 2021 bisa cepat bangkit positif di angka 5,16%," ungkap Hendi.
"Pemulihan ekonomi yang cepat tersebut karena ekonomi Kota Semarang sekarang tidak ditumpukan pada usaha besar saja, tapi juga usaha menengah, kecil, bahkan mikro," tambahnya.
Lebih lanjut, Hendi menunjukan sejumlah statistik yang menjadi hasil dari implementasi konsep pembangunan ekonomi yang setara di Kota Semarang. Salah satunya, terkait indeks keparahan kemiskinan yang sebelum tahun 2010 cukup besar hingga menyentuh 0,39.
Ia mengungkap indikator tersebut berhasil ditekan saat ini hingga ke angka 0,12.
"Bahkan pada saat Covid-19 di tahun 2020 dan 2021 angkanya hanya naik sedikit menjadi 0,16 dan 01,4," paparnya.
Tak hanya itu, laju pertumbuhan ekonomi di Kota Semarang sebelum tahun 2010 menurut data BPS mengalami stagnasi di angka 5%. Berbeda dengan sekarang, laju pertumbuhan ekonomi Kota Semarang dapat didorong hingga angka 6%. Bahkan sempat hampir menyentuh 7% di 2019 dengan catatan 6,81%.
"Angka kemiskinan juga sama, dari yang tadinya di 2008 sampai 6%, kemudian bisa ditekan sampai Kota Semarang pernah mencapai 3,98% di 2019," pungkasnya.
(adv/adv)