Dalam beberapa hari ke belakang, media sosial ramai dengan kampanye 'No Backpack Day'. Kampanye tidak memakai tas ransel ke sekolah itu memancing perhatian warganet Indonesia.
Kampanye itu mulanya dirangkai dalam sebuah video akun TikTok @osis_spensaku pada Minggu (15/5) lalu. Dalam video, para siswa dilarang menggunakan tas ransel.
Tak ayal, hal itu pun memicu ide kreatif siswa. Berbagai barang yang ada di rumah disulap untuk kemudian dijadikan tas sekolah. Mulai dari kantung plastik, paper bag, sarung bantal guling, pet carrier, hingga wajan yang biasa digunakan untuk memasak.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Aksi itu memicu respons banyak warganet. Hingga Kamis (19/2), video itu telah disukai oleh 580.600 pengguna.
Tak sedikit juga warganet yang mengapresiasi sekolah karena telah merealisasikan kampanye 'no backpack day'.
'No Backpack Day' adalah gerakan di Amerika Serikat yang mengajak siswa untuk tidak menggunakan tas ransel untuk sekolah dalam sehari. Sebagai gantinya, siswa diminta untuk membawa buku pelajaran dan perlengkapan sekolah lainnya dengan kantung plastik.
Gerakan ini dimaksudkan untuk memberikan kesadaran pada masyarakat, khususnya anak-anak sejak dini, mengenai kesenjangan dalam hal pendidikan. Secara khusus, gerakan ini menyoroti masih banyaknya anak-anak di dunia yang pergi ke sekolah tanpa menggunakan tas karena alasan ekonomi.
Menukil laman No Backpack Day, gerakan ini diinisiasi oleh seorang filantropis remaja asal AS, Mongai Fankam pada 2012 lalu. Ia terinspirasi dari negara-negara tertinggal yang dikunjungi bersama sang ibu, yang merupakan seorang aktivis HIV/AIDS.
Sejak usianya baru menginjak tiga tahun, Mongai kerap ikut sang ibu pergi mengunjungi negara-negara tertinggal dengan tingkat HIV/AIDS yang tinggi. Kala itu, sang ibu membawa Mongai ikut pergi ke Kamerun.
Seiring bertambah usia, Mongai menyadari tentang adanya sebagian besar anak-anak di daerah tertinggal seperti Kamerun yang harus berjalan jauh ke sekolah dan tidak membawa tas ransel. Anak-anak harus berjuang berjalan kaki sambil membawa kantung plastik yang berisi peralatan belajar.
Hati Mongai terketuk untuk bertindak. Hasil konsultasi bersama gurunya kala itu di Sekolah Dasar Blythe, Huntersville, AS.
Mongai ingin agar teman-temannya menyumbangkan ransel dan perlengkapan sekolah untuk anak-anak di Kamerun. Namun dengan syarat, mereka harus datang ke sekolah selama satu hari tanpa membawa tas ransel.
Sebagai gantinya, mereka harus membawa semua buku dan perlengkapan sekolah menggunakan kantung plastik seperti yang dilakukan anak-anak Kamerun.
Keinginannya terealisasi pada 2012 lalu dan ditetapkan sebagai 'No Backpack Day'. Puluhan sekolah telah turut berpartisipasi.
Hingga saat ini, lebih dari 20 ribu ransel telah diberikan untuk anak-anak di wilayah tertinggal seperti Kamerun, Tanjung Verde, Malawi, Nigeria, Togo, Uganda, Zimbabwe, dan masih banyak lagi.
Lewat gerakan ini, Mongai berharap bisa membantu menyediakan tas ransel bagi anak-anak yang kurang beruntung, hingga akhirnya tak ada lagi anak-anak yang membawa buku dengan kantung plastik.
Seiring berjalannya waktu, gerakan 'No Backpack Day' pun dikenal di berbagai penjuru bumi, termasuk Indonesia.
(asr)