Jakarta, CNN Indonesia --
Risiko keracunan makanan saat mengonsumsi ikan atau daging mentah memang selalu ada. Bukan karena ikan atau dagingnya, tapi karena adanya kontaminasi bakteri yang berbahaya.
Ikan mentah atau setengah matang serta daging lainnya bisa mudah terkontaminasi bakteri penyebab penyakit seperti Campylobacter, Salmonella, Clostridium perfringens, dan E. coli.
Padahal, banyak yang menyebut bahwa ikan atau daging mentah memiliki manfaat yang baik untuk tubuh. Selain itu, sejumlah restoran juga menyediakan ikan atau daging mentah dengan rasa yang cukup fantastis.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bagaimana sebaiknya, dikonsumsi matang atau mentah?
Ahli diet yang berbasis di Ontario, Kanada, Michelle Jaelin mengatakan, ikan dan daging mentah memang menyediakan banyak protein serta zat besi, seng, dan asam lemak omega-3. Tapi, harus diingat, daging dan ikan yang dimasak justru mengandung protein yang lebih tinggi.
Memasak juga sebenarnya tidak secara signifikan memengaruhi kandungan lemak sehat pada ikan. Lagi pula, risiko makan protein mentah lebih tinggi dari potensi manfaat apa pun.
"Bakteri seperti E.coli dan Salmonella adalah masalah terbesar saat makan daging mentah dan ikan mentah. Anda [perlu] mengkhawatirkan parasit dan cacing pita," kata Jaelin, melansir Livestrong.
Bukan hanya itu, bahaya makan ikan atau daging mentah juga dianggap lebih tinggi jika Anda menyiapkan hidangan tersebut di rumah. Pasalnya, dibutuhkan kemampuan khusus untuk menyediakan sajian semacam itu.
"Restoran dan pemasoknya harus memiliki prosedur untuk mengendalikan bahaya yang terkait dengan menyajikan ikan dan daging," kata Courtney Rhodes, Juru Bicara Pusat Keamanan Makanan Food and Drug Administration (FDA).
Simak selengkapnya soal konsumsi daging mentah di halaman berikutnya..
Ikan atau daging bisa terkena kontaminasi selama penyembelihan. Misalnya, usus hewan yang tergores secara tidak sengaja bisa menyebarkan patogen berbahaya. Patogen umum dalam daging mentah termasuk Salmonella, Clostridium perfringens, E. coli, Listeria monocytogenes, dan Campylobacter.
Dikutip dari Healthline, gejala penyakit bawaan makanan ini di antaranya mual, muntah, diare, kram perut, demam, dan sakit kepala. Gejala-gejala ini biasanya muncul dalam 24 jam dan dapat bertahan hingga tujuh hari atau lebih lama dalam kasus-kasus tertentu. Durasi akan tergantung pada jenis patogen yang menyerang.
Umumnya, memasak daging dengan benar bisa menghancurkan patogen berbahaya. Sementara dalam daging mentah, patogen akan tetap aktif dan bisa menimbulkan penyakit jika dikonsumsi.
Anak-anak, ibu hamil atau menyusui, serta orang lanjut usia merupakan kelompok yang paling berisiko terinfeksi bakteri tersebut. Kelompok ini disarankan untuk menghindari makanan mentah.
Belum Terbukti Bermanfaat
Beberapa ahli mengklaim bahwa mengonsumsi daging mentah lebih unggul daripada yang dimasak, utamanya dalam hal gizi.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa proses memasak membuat beberapa kandungan vitamin dan nutrisi di dalam daging berkurang. Misalnya saja tiamin, riboflavin, niacin, natrium, kalium, kalsium, magnesium, dan fosfor.
Namun, penelitian lain juga mencatat, kadar mineral lain, khususnya tembaga, seng, dan besi, bisa meningkat setelah dimasak.
Intinya, manfaat mengonsumsi daging atau ikan mentah disebut tidak sebanding dengan risiko yang ditimbulkan.
Kendati demikian, diperlukan lebih banyak data untuk membuktikan perbedaan nutrisi antara daging atau ikan yang dikonsumsi mentah dan dimasak.
penyakit bawaan makanan. Namun, lebih banyak data diperlukan untuk menetapkan perbedaan nutrisi spesifik antara daging mentah dan dimasak.