Penyakit demam berdarah yang mematikan tengah melanda Irak. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat 19 kematian dari 111 kasus Crimean-Congo hemorrhagic fever (CCHF) di Irak sepanjang 2022.
"Jumlah kasus yang tercatat belum pernah terjadi sebelumnya," ujar pejabat otoritas kesehatan Irak, Haidar Hantouche, melansir AFP.
CCHF sendiri merupakan penyakit zoonosis yang disebabkan oleh Nairovirus. Hingga saat ini, belum ada vaksin yang membantu mencegah CCHF.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Penyakit ini menyerang penderitanya dengan cepat, memicu pendarahan hebat, baik internal maupun eksternal, pada pasien. Pendarahan utamanya terjadi pada organ hidung.
Sebanyak dua per lima kasus CCHF menyebabkan kematian. Kematian umumnya terjadi akibat pendarahan yang sulit dihentikan.
Hantouche mengatakan, pada tahun-tahun sebelumnya, jumlah penyakit ini bisa dihitung dengan jari.
Penyakit ini ditularkan oleh kutu penghisap darah, yang menjadi inang virus. Termasuk juga hewan liar seperti kerbau, sapi, kambing, dan domba.
Menukil laman WHO, penularan antara manusia terjadi akibat kontak dekat dengan darah dan cairan tubuh orang yang terinfeksi.
Penyakit endemik di Afrika, Timur Tengah, dan Asia ini umumnya menyerang orang-orang yang bekerja di peternakan.
Masa inkubasi tergantung cara penularan virus. Setelah tergigit oleh kutu, masa inkubasi biasanya berlangsung satu hingga tiga hari. Sementara jika penularan terjadi akibat kontak dekat dengan darah atau cairan tubuh, masa inkubasi berlangsung selama 5-13 hari.
Gejala yang ditimbulkan di antaranya demam, nyeri otot, pusing, sakit leher, dan sensitivitas terhadap cahaya. Ada juga gejala mual, muntah, diare, sakit perut, dan sakit tenggorokan.
Tanda-tanda klinis lainnya yang bisa terjadi adalah denyut jantung cepat, pembesaran kelenjar getah bening, dan ruam seperti di mulut dan tenggorokan.
Pasien dengan gejala parah umumnya akan mengalami kerusakan ginjal, hati, dan paru yang cepat pada hari kelima.
(asr)