Hindari Risiko, Jangan Abaikan Skrining dan Deteksi Dini Kehamilan

Mayapada Hospitals | CNN Indonesia
Kamis, 02 Jun 2022 20:41 WIB
Kehamilan memang memiliki sejumlah risiko kesehatan, sehingga ibu hamil memerlukan antenatal atau asuhan kehamilan yang ketat demi menjaga kehamilan.
Pentingnya skrinning dan deteksi kehamilan untuk menjaga proses kehamilan. (Foto: Arsip CNN Indonesia)
Jakarta, CNN Indonesia --

Sebagai sebuah hal yang kerap ditunggu-tunggu, kabar kehamilan umumnya disambut gembira. Semua orang berharap, baik ibu maupun janin dalam kondisi sehat.

Kehamilan memang memiliki sejumlah risiko kesehatan, antara lain dalam kategori risiko tinggi berupa keguguran, partus macet, perdarahan antepartum, kematian janin dalam kandungan (Intra Uterine Fetal Death), keracunan dalam kehamilan (preeklamsia), eklampsia, bayi lahir belum cukup bulan (premature) dan bayi berat lahir rendah. Sehingga, ibu hamil memerlukan penanganan antenatal atau asuhan kehamilan yang ketat.

dr. Maurin Susanna, Sp.OG - KFM, Dokter Spesialis Kandungan dan Kebidanan Konsultan Fetomaternal, Mayapada Hospital Surabaya mengingatkan, pemeriksaan kehamilan ke dokter sangat penting. Lewat Ante Natal Care (ANC), ibu akan mendapatkan informasi dan edukasi terkait kehamilan dan persiapan persalinan sejak dini.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

dr. Maurin menyebut, minimnya pengetahuan mengenai tanda bahaya kehamilan sering terjadi karena kurangnya kunjungan ANC. Hasilnya, ibu maupun janin dapat berisiko mengalami perdarahan serta masa kehamilan karena tanda bahaya yang tak terdeteksi. Berbagai penelitian terkait ANC menyatakan, keberhasilan ANC berarti dapat menyelamatkan nyawa atau menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI).

"Melalui ANC, kesempatan untuk menyampaikan edukasi dan promosi kesehatan pada ibu hamil khususnya bisa dilakukan lebih baik. Fungsi suportif dan komunikatif dari ANC tidak hanya mampu menurunkan AKI, tapi juga dapat meningkatkan kualitas hidup bagi ibu dan bayi yang akan dilahirkan. Selain itu, secara tidak langsung kualitas dari pelayanan kesehatan juga ikut meningkat," kata dr. Maurin.

Komplikasi lain yang juga berisiko terjadi pada kehamilan adalah preeklamsian, yakni kondisi berupa terjadi peningkatan tekanan darah yang hanya terjadi pada saat kehamilan dan dapat menyebabkan komplikasi, termasuk kerusakan pada organ vital seperti ginjal dan hati.

Menurut dr. Agustinus Giri Respati, Sp.OG-KFM, Dokter Spesialis Kandungan dan Kebidanan Konsultan Fetomaternal, Mayapada Hospital Jakarta Selatan, preeklamsia sendiri biasanya dimulai setelah minggu ke-20, namun seringnya menimpa ibu hamil yang sebelumnya tidak memiliki riwayat hipertensi. Kemunculan tiba-tiba, ibu hamil kerap tak menyadari bahwa tensinya tinggi karena riwayat tensi yang baik sebelum kehamilan.

"Maka dari itu, penting untuk dilakukan antenatal care dan skrining apalagi ibu hamil memiliki faktor risiko atau riiwayat kehamilan sebelumnya bermasalah," ujar dr. Agustinus.

Adapun pemeriksaan ibu dan bayi bisa dilakukan berkala melalui pemeriksaan USG yang penting di awal kehamilan guna menentukan usia kehamilan dan mengetahui kondisi awal janin. Pemeriksaan yang sama juga penting dilakukan di trimester kedua, terutama untuk mengevaluasi kemungkinan kelainan anatomi pada janin.

Sementara pemeriksaan di trimester ketiga dilakukan untuk mengetahui pertumbuhan dan posisi janin, serta plasenta atau ari-ari di dalam rahim untuk merencanakan persiapan persalinan.

"Pemeriksaan USG skrining anatomi janin lengkap paling optimal dilakukan pada usia kehamilan 26-28 minggu. Beberapa negara juga menambahkan pemeriksaan kelainan anatomi rutin pada usia hamil 11-14 minggu untuk mengevaluasi kemungkinan kelainan kromosom, contohnya sindroma Down atau trisomi 21," ungkap dr. Sandhy.

Jika terdeteksi adanya kehamilan dengan risiko tinggi seperti down syndrome atau kelainan kromosom lainnya, maka dapat dilakukan pemeriksaan lebih lanjut, yakni dengan pemeriksaan Chorionic Villous Sampling (CVS) di trimester pertama saat minggu ke-10 dan ke-12, atau dapat dilakukan pemeriksaan amniosentesis dengan mengambil sampel cairan ketuban pada trimester kedua. Tujuannya, agar dapat menemukan kelainan genetik kromosomal yang terjadi pada janin.

Beberapa pemeriksaan terbaru guna melihat kemungkinan janin memiliki kelainan kromosom antara lain dilakukan secara invasive melalui pemeriksaan Non Invasive Prenatal Testing/Diagnostic (NIPT/NIPD), yang mengevaluasi DNA janin menggunakan sampel darah ibu.

"Pemeriksaan ini penting dilakukan jika didapatkan kecurigaan kelainan pada janin untuk memperkirakan prognosis luaran janin serta menentukan rencana penatalaksaan yang tepat bagi janin yang akan dilahirkan," kata dr. Manggala Pasca Wardhana, Sp.OG - KFM, Dokter Spesialis Kandungan dan Kebidanan Konsultan Fetomaternal, Mayapada Hospital Surabaya.

Obstetrics & Gynecology Center Mayapada Hospital mendukung kesehatan para wanita dan ibu hamil dengan dokter spesialis kandungan dan kebidanan, beserta subspesialisasi yang menyediakan layanan komprehensif untuk kesehatan wanita segala usia, mulai dari kesehatan organ reproduksi, pemantauan kehamilan, hingga persalinan, penanganan kehamilan risiko tinggi, keluarga berencana, pilihan tindakan bedah untuk kasus ginekologi, juga persiapan dan perawatan menopause. Konsultasi dan pemeriksaan dapat dilakukan dengan nyaman dan aman bersama tim dokter Mayapada Hospital dari berbagai spesialisasi di tautan berikut.

(aor)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER