Survei: Cuma 1 dari 10 Perempuan Indonesia Mau Cek Kesehatan Mental

CNN Indonesia
Senin, 06 Jun 2022 22:00 WIB
Survei menyebut menemukan hanya 1 dari 10 perempuan yang mencari pertolongan profesional ketika mengalami masalah kesehatan mental.
Survei menyebut menemukan hanya 1 dari 10 perempuan yang mencari pertolongan profesional ketika mengalami masalah kesehatan mental.(iStock/PonyWang)
Jakarta, CNN Indonesia --

Juara Indonesia's Next Top Model 2021, Danella Ilene mengaku mengalami isu kecemasan terutama di awal karier sebagai model. Dunia modelling yang penuh tuntutan akan tampilan sempurna membuat Ilene sering overthinking, jantung berdegup kencang, sampai pola makan tidak tepat.

"Butuh waktu tiga tahun sampai akhirnya saya perlu cari profesional yang bisa membantu keluar dari tekanan mental hingga akhirnya saya bisa berdamai dan melanjutkan hidup," ujar Ilene dalam konferensi pers gerakan 'Brave Together' bersama Maybelline, Jumat (3/6).

Ilene mungkin jadi satu dari segelintir perempuan Indonesia yang menindaklanjuti keluhan kesehatan mentalnya ke tenaga profesional. Sebuah survei yang diinisiasi Maybelline bekerja sama dengan Jakpat terhadap 1.002 perempuan berusia 18-25 menemukan hanya 1 dari 10 perempuan yang mencari pertolongan profesional ketika mengalami masalah kesehatan mental.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"[Sebanyak] 10 dari 10 kaum gen Z perempuan mengalami gejala, isu kesehatan mental, 6 dari 10 mengakui dan mengidentifikasi bahwa ada masalah kesehatan mental dan 1 dari 10 yang sudah cari bantuan profesional," papar Carla Mangindaan, Maybelline Brand GM dalam kesempatan serupa.

Dia melanjutkan rata-rata para perempuan ini mengalami kecemasan akan masa depan, tekanan dalam relasi asmara, pertemanan, keluarga dan tekanan berkaitan dengan kepercayaan diri menyangkut penampilan fisik.

Melihat hasil survei ini, Carla dan tim menduga hanya sedikit perempuan yang berkonsultasi akibat keterbatasan akses. Data Ikatan Psikolog Klinis Indonesia per 30 Maret 2022 menunjukkan perbandingan 1:370ribu artinya, hanya ada satu psikolog klinis untuk 370ribu populasi. Sebagian besar psikolog klinis pun terkonsentrasi di Pulau Jawa.

Sementara itu, Karina Negara, psikolog sekaligus salah satu pendiri KALM, sebuah lembaga konseling, mengungkapkan sedikit sekali orang berkonsultasi dengan tenaga profesional karena dua hal yakni stigma dan biaya.

Hingga kini masih ada stigma negatif yang disematkan masyarakat terhadap orang yang berkonsultasi dengan psikolog, psikiater atau konselor. Anggapannya, kunjungan ke tenaga profesional untuk urusan kesehatan mental berarti orang sudah sakit jiwa.

"[Kemudian masalah biaya] memang [konsultasi] mahal, uangnya belum cukup. Namanya juga ke ahli [jadi sepadan antara biaya dengan layanan sesuai keahlian]. Kami sekolah bertahun-tahun, kami belajar ilmu sains agar ada bekal yang baik untuk jadi konselor," katanya.

Survei memang khusus menyasar perempuan. Namun ini bukan tanpa alasan. Secara global, Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengestimasi ada 1 dari 5 orang mengalami kecemasan dan depresi. Kaum perempuan jadi kaum mayoritas dengan masalah kesehatan mental.

Karina berkata perempuan memang lebih rentan mengalami masalah kesehatan mental. Namun bukan berarti kaum laki-laki tidak mungkin mengalami masalah serupa.

"Perempuan lebih banyak mendapat tekanan. Buat laki-laki, bukan berarti nol tekanan ya tapi perempuan memang lebih banyak. Perannya banyak, ya di rumah, perempuan bekerja, pertemanan, relasi sebagai anak, istri, pacar," jelasnya.

"Kabar baiknya, perempuan lebih nyaman untuk mencari pertolongan, curhat, diajak cerita lebih oke."

Anda sangat disarankan untuk mengunjungi tenaga profesional saat mengalami keluhan masalah kesehatan mental. Jika belum berani berjumpa secara langsung, kini sudah banyak terdapat layanan konsultasi virtual termasuk lewat percakapan (chat).

Pun jika ada orang sekitar yang terlihat memerlukan bantuan ke tenaga profesional, Anda bisa menjadi agen agar dia tergerak untuk berkonsultasi.

"Tanya dulu. How can I help you? [misalnya]. Mungkin dia akan curhat, lalu saat ceritanya terlalu dalam, Anda bisa bilang kalau Anda bukan ahlinya [yang bisa bantu kasih solusi]. Katakan terima kasih [karena sudah mau cerita] lalu bilang 'untuk hal ini, menurut aku akan lebih baik kalau dikonsultasikan ke psikolog', lalu misal bilang takut salah kalau mau kasih saran," jelas Karina.

(els/chs)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER