HARI LANJUT USIA NASIONAL

Alasan Lansia Cenderung Sensitif dan Mudah Marah

CNN Indonesia
Minggu, 29 Mei 2022 15:52 WIB
Orang lanjut usia (lansia) umumnya cenderung sensitif dan mudah marah. Mengapa demikian? Dan, bagaimana cara mencegahnya?
Ilustrasi. Lansia umumnya cenderung lebih sensitif dan mudah marah. (iStock/amenic181)
Jakarta, CNN Indonesia --

Selalu ada rasa gemas saat merawat orang lanjut usia (lansia). Sesuatu yang sebenarnya biasa saja bisa membuat mereka ngomel.

Jangan kaget jika lansia kerap mudah ngambek. Bukan tanpa alasan, ahli saraf Yuda Turana mengatakan, stressor sosial lebih banyak menumpuk pada orang lansia dibandingkan mereka yang masih berusia muda.

"Penghasilan berkurang, anak yang tinggal serumah harus berbagi kasih dengan mantu, berita bahagia sama sedih banyak sedihnya, teman sebaya meninggal, pengalaman sakit. Stimulasi negatif ini trennya, ya, pada lansia," kata Yuda dalam konferensi pers bersama Alzheimer Indonesia (ALZI), Jumat (27/5).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kondisi seperti ini semakin buruk di masa pandemi, saat kasus kematian pada lansia terbilang tinggi.

Yuda menuturkan, stimulasi eksternal yang serba negatif ini membebani lansia sehingga mereka umumnya lebih sensitif dalam merespons sesuatu.

Kendati demikian, lansia tak melulu dekat dengan penyakit dan sikap mudah ngambek. Kondisi ini sebenarnya bisa disiasati sejak dini saat usia masih gemilang.

"Untuk menghadapi, persiapannya bukan saat lansia, tapi pas masih muda. Kita harus sadar, suatu saat yang kita capai akan menurun semua," imbuhnya.

Yuda mengatakan bahwa riset membuktikan, aspek spiritual juga punya peran penting dalam kesehatan psikis lansia. Lansia dengan spiritualitas kuat disebut mampu bertahan dari stressor.

Selain itu, Anda juga bisa menyiasatinya dengan menumbuhkan kesadaran bahwa hal-hal akan berubah seiring bertambahnya usia.

In this picture taken on January 10, 2017, Kanemasa Ito (L) feeds his dementia-stricken wife Kimiko at their house in Kawasaki.One of the world's most rapidly aging and long-lived societies, Japan is at the forefront of an impending global healthcare crisis. Authorities are bracing for a dementia timebomb and their approach could shape policies well beyond its borders. / AFP PHOTO / BEHROUZ MEHRI / TO GO WITH Japan-society-ageing-dementia,FEATURE by Natsuko FUKUEIlustrasi. Lansia umumnya cenderung lebih sensitif dan mudah marah. (AFP PHOTO / BEHROUZ MEHRI)

Ketua Dewan Pembina ALZI Eva Sabdono menambahkan, saat usia bertambah, tumbuhkan kesadaran bahwa segala sesuatunya akan berbeda dengan saat masih muda.

Misalnya, saat muda, Anda boleh saja memakan apapun yang diinginkan. Namun, hal tersebut tak lagi bisa dilakukan saat memasuki usia lanjut.

Menurut Eva, agar tetap sehat, lansia perlu mengurangi asupan lemak, gula, serta makan dengan porsi lebih sedikit.

"Kita kudu sadar pencernaan kita sudah degeneratif, berkurang kemampuannya. Lalu membatasi aktivitas, tapi tetap olahraga. Dulu saya bisa lari, main voli, sekarang, ya, udah enggak bisa. Menyadari batas kemampuan kita," katanya.

(els/asr)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER