Renungan Harian Katolik 8 Juni 2022: Tuhan Datang untuk Menggenapi

CNN Indonesia
Rabu, 08 Jun 2022 04:34 WIB
Rabu 8 Juni 2022 merupakan hari biasa dengan warna liturgi hijau dalam kalender liturgi Katolik. Berikut renungan harian Katolik hari ini, Rabu 8 Juni 2022.
Rabu 8 Juni 2022 merupakan hari biasa dengan warna liturgi hijau dalam kalender liturgi Katolik. Berikut renungan harian Katolik hari ini, Rabu 8 Juni 2022.(condesign/Pixabay)

Injil

Matius 5: 17-19

Dalam khotbah di bukit Yesus berkata kepada murid-murid-Nya, "Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Karena Aku berkata kepadamu: Sungguh, selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titik pun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi.

Karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah Taurat sekali pun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan menduduki tempat-tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan Surga.

Tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah Taurat, ia akan menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Surga."

Demikianlah sabda Tuhan
U: Terpujilah Kristus.

Renungan harian Katolik hari ini

Saat ada sesuatu mengganjal, siapa yang bakal tahan buat terus diam tanpa mengkritik? Melontarkan kritik tidak berarti bahwa kita sudah paling benar dan beres hidupnya, tetapi ada bentuk perhatian dan kasih.

Akan tetapi, saat kritik dibalut perasaan paling benar dan penyampaian yang tidak menyenangkan, tentu ini bukan lagi kasih.

Nabi Elia menyampaikan kritik tanpa bermaksud menjatuhkan rakyat Israel berikut Raja Ahab. Saat mereka berteriak memanggil allahnya nabi-nabi Baal, tidak ada yang menyahut.

Mungkin jika dalam istilah zaman sekarang, Elia 'mengompori' mereka dengan berkata,

"Panggillah lebih keras, bukankah dia allah? Mungkin ia merenung, mungkin ada urusannya, mungkin ia bepergian; barangkali ia tidur, dan belum terjaga."

Hal ini pun mengobarkan semangat mereka untuk semakin keras memanggil. Meski tanpa hasil, Elia tidak lantas mengolok atau menertawakan mereka tetapi memohon pada Allah untuk menunjukkan mujizat-Nya.

Kemudian dalam bacaan Injil, Yesus datang tanpa memposisikan diri sebagai seorang yang akan mengubah segala hal. Dengan rendah hati ia berkata,

"Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya."

Ia tidak mengkritik habis-habisan apa yang diajarkan dalam hukum Taurat justru Ia meminta pada para murid untuk melakukan dan mengajarkan apa yang ada dalam hukum Taurat.

Sebelum melontarkan kritik, hendaknya kita berhenti sejenak dan merenungkan. Apa intensi kita dalam memberikan kritik? Intensi ini tentu yang berkaitan dengan kasih misalnya, untuk menghindarkan seseorang dari bahaya, mengingatkan orang akan perbuatannya yang cenderung kebablasan atau demi tercipta harmoni dalam lingkungan.

Kemudian, baru rangkai kata sebagai bungkus kritik agar tidak bernuansa menyerang, memojokkan atau mempermalukan.

(els/chs)


[Gambas:Video CNN]

HALAMAN:
1 2
REKOMENDASI
UNTUKMU LIHAT SEMUA
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER