Menguak Kebenaran Firasat 'Tanda Kematian' secara Psikologi

CNN Indonesia
Senin, 20 Jun 2022 15:23 WIB
Psikolog Nisfie M. Hoesein mengatakan istilah 'firasat' memang dekat dengan budaya masyarakat Timur. Adakah tanda-tanda kematian itu? ( iStockphoto)
Jakarta, CNN Indonesia --

Artis Marshanda belum lama ini mengabarkan bahwa dirinya sakit kanker payudara. Yang lebih mengejutkan lagi, dalam sesi curhatnya bersama Denny Sumargo dia mengaku mendapatkan tanda-tanda kematian.

Sepintas, barangkali Anda menghubungkan pengalaman Marshanda dengan firasat akan kematian. Psikolog Nisfie M. Hoesein mengatakan istilah 'firasat' memang dekat dengan budaya masyarakat Timur.

"Di budaya kita, budaya yang sangat dekat, kekeluargaan cukup tinggi sehingga perubahan kebiasaan mudah sekali dibaca. Makanya kalau ada orang meninggal, pasti orang terdekat ditanyain 'Ada firasat enggak?'," kata Nisfie saat dihubungi CNNIndonesia.com pada Jumat (18/6) malam.

Firasat sebenarnya bisa berkaitan dengan pengalaman apa pun. Namun orang banyak menghubungkannya dengan kematian. Kok bisa ya orang mendapatkan firasat?

Nisfie menjelaskan, dalam bahasa Psikologi firasat disebut intuisi. Ada tiga hal yang mendasari kemunculan firasat baik pada subjek itu sendiri atau orang sekitar yang menangkap tanda yang diberikan si subjek.

1. Kemampuan berpikir manusia

Lewat kemampuan berpikirnya, manusia mampu menyimpan pengalaman masa lalu, pengalaman berulang, berpola dan mirip. Semua disimpan dalam subconscious atau bawah sadar.

Bawah sadar memiliki kapasitas terbesar dalam otak manusia. Apa pun bisa masuk, tanpa ada usaha tertentu tetapi melalui kesan. Anda yang biasa mengendarai motor tentu langsung tancap gas tanpa harus mencari urutan mengendarai motor di Google.

"Intuisi itu ada di bawah sadar. Intuisi itu sendiri adalah kemampuan otak menganalisa sesuatu di lingkungan. Ada gelas pecah, pigura pecah, lalu otak membuat koneksi. Waktu gelas pecah, itu berkesan. Dari kumpulan itu lalu ada generalisasi. Ah pasti ini ada tanda-tanda," jelasnya.

Lewat dasar berpikir ini, firasat bersumber dari kumpulan pengalaman. Tanpa disadari, orang memiliki kecenderungan untuk menyatukan kepingan. Jika ada 'missing link' cukup membuat 'jembatan' sendiri untuk menyambungkan.

2. Recognition

Recognition kerap disamakan dengan meramal. Padahal keduanya berbeda. Recognition lebih pada asumsi, persepsi bahwa ada sesuatu yang akan terjadi. Padahal itu hanya dimainkan sendiri di otak dan tidak benar-benar pasti terjadi.

"Orang diputusin, misalnya, dia enggak tahu diputusin atas dasar apa tapi harus terima nasib. Namun karena tidak punya jawaban jadi galau, maka dia menciptakan logika yang dibikin sendiri misal, bisa jadi dia bertemu orang lain yang lebih baik," kata Nisfie.

"Ini supaya ada lubang yang tidak terus menganga, lalu bisa melupakan. Kejadian itu sebenarnya ada di pikiran tapi diceritakan seolah ada luar pikiran [atau benar terjadi]."

Recognition biasanya terjadi pada orang yang memiliki trauma masa kecil, disuruh menelan bulat-bulat informasi tanpa tahu alasannya. Nisfie menambahkan ini juga bisa berkaitan dengan gangguan kepribadian, kepekaan perasaan berlebihan, pengalaman menebak rasa atau kejadian dan sering benar.

Menurut Nisfie, recognition ini memang dipelajari meski tidak masuk dalam ranah ilmiah. Recognition masuk pada pseudosains.

3. Indigo

Ada orang tertentu yang memiliki bakat berupa sensitivitas penginderaan. Kemampuan ini antara lain, telepati, komunikasi dengan orang yang sudah meninggal, prekognisi (bisa melihat apa yang akan terjadi), retrokognisi (bisa melihat sesuatu di masa sebelum dia lahir), lalu punya gambaran atau vision tentang sesuatu.

Marshanda ini masuk yang mana? Berangkat dari tiga dasar pemikiran ini, Nisfie berkata Marshanda cenderung masuk recognition.

"Dia ada trauma banyak, bipolar, terminal ill. Jangankan kanker, orang kena Covid-19 saja takut mati. Ini karena melihat atau menemukan orang dengan pengalaman serupa lalu meninggal. Karena mengalami kondisi hampir sama, serasa kayak mau meninggal, padahal belum," jelasnya.

Lima tahap kondisi psikologis menurut Kubler-Ross


BACA HALAMAN BERIKUTNYA
HALAMAN :

TOPIK TERKAIT