Maria Grazia Chiuri, direktur kreatif Christian Dior paham betul bagaimana perempuan menjadi senyawa utama dalam nyawa Dior.
Dia tahu ada tiga perempuan yang menjadi detak jantung bagi kesuksesan Monsieur Christian Dior di awal kariernya. Mereka adalah Madame Raymonde yang bertanggung jawab di bidang millinery atau topi dan hiasan kepala, Madam Margueritte yang menjadi penasihat fashion dan teman diskusi, serta Mizza Bricard, orang kepercayaan sekaligus muse baginya.
Sejak awal,Chiuri dikenal mengobarkan semangat feminisme, tidak hanya melalui slogan dan wacana, namun juga melibatkan seniman dan intelektual perempuan di setiap koleksinya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia membangun sebuah revolusi couture dalam keheningan, tanpa hingar bingar siluet yang ekstrem ataupun 'gila'. Ia berfokus pada movement dan bagaimana sebuah garmen 'hidup' ketika dikenakan, bukan pada penemuan material atau konstruksi siluet yang baru, bukan pula proyek eksperimental yang belum teruji.
Hasilnya justru mengaum lebih keras. Inilah kemewahan couture yang hanya bisa dirasakan sepenuhnya oleh sang pemakai, dan penonton apalagi yang melihat melalui layar digital tidak akan bisa memahami sepenuhnya.
Terinspirasi dari karya seniman Ukraina, Olesia Trofymenko yang sering mengangkat tema Tree of Life atau pohon kehidupan, Maria Grazia Chiuri menghadirkan koleksi couture yang penuh dengan filosofi hidup yang kerap dituangkan dalam dongeng dan cerita rakyat. Koleksinya kental dengan tradisi layaknya haute couture, relevan karena selalu terkait dengan akar dari budaya sang kreator, inspiratif.
Baginya, Tree of Life yang menggambarkan kontinuitas dan keindahan yang tak lekang waktu sangat penting untuk menciptakan hari esok yang lebih baik.
Fakta bahwa pohon kehidupan adalah simbol yang ada di banyak budaya juga menarik bagi Maria Grazia Chiuri.
Ia mencoba menciptakan bahasa dekoratif universal, cerita rakyat yang membangun perdamaian dan pemberi harapan. Untuk menyempurnakan konsep ini, Chiuri juga menuangkan kerajinan rakyat lainnya ke dalam pakaian kreasinya - panel dada dengan smocked yang halus.
Sebuah mantel patchwork dengan presisi sempurna, kepang yang dijahit rapih, dan kain tenun tangan yang memberikan tekstur organik.
Sebagai upaya membangun jembatan ke bagian dunia dan budaya lain, Chiuri percaya bahwa studio Dior bisa berada di seluruh dunia. Tidak hanya detail halus karya artisan Dior yang berbasis di Paris, tetapi juga sebagian besar bordir, baik untuk pelapis dinding latar belakang hingga gaun - dikerjakan oleh pengrajin dari Chanakya School of Craft dan Chanakya Ateliers di Mumbai, India.
Dan seperti dongeng yang sering kali memiliki happy ending, koleksi Christian Dior haute couture kali ini diakhiri bukan dengan gaun pengantin tradisional layaknya koleksi couture biasanya. Ini mungkin menjadi salah satu ide feminis yang ia coba selipkan, bahwa seremoni pernikahan tidak harus menjadi tujuan utama.
![]() Dior |