Selebritas Indonesia ramai-ramai 'menginvasi' Paris, Prancis.
Mereka datang di bawah bendera label berbeda tetapi masih dalam satu tujuan yakni, peragaan busana bersamaan dengan gelaran mode bergengsi, Paris Fashion Week.
Terlepas dari kondisi pandemi, agenda gelaran mode di Paris terbilang cukup padat. Dilansir dari laman resmi Federation de la Haute Couture et de la Mode, terdapat beberapa pekan mode di tahun 2022:
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
* Menswear atau peragaan busana pria: 18 Januari-23 Januari 2022),
* Haute Couture (24 Januari-27 Januari 2022),
* Womenswear atau peragaan busana wanita (28 Februari-8 Maret 2022),
* Menswear (21 Juni-26 Juni 2022),
* Haute Couture (4 Juli-7 Juli 2022),
* Womenswear (26 September-4 Oktober 2022).
Untuk kota berjuluk 'Kota Mode', ini bukan hal aneh. Namun kenapa Paris Fashion Show bisa begitu tersohor hingga jadi magnet besar buat para pelaku mode dunia? Berikut sejarah Paris Fashion Week yang jadi magnet para desainer untuk bisa tampil di panggungnya.
Semua diawali oleh desainer Charles Worth (akhir abad 19) dan Paul Poiret (awal abad 20) yang memikirkan kemungkinan semua koleksi busana desainer bisa ditampilkan dalam sebuah gelaran.
Di saat bersamaan, desainer Lady Duff-Gordon melakukan hal yang sama di London, Inggris.
Dilansir dari Vogue, Poiret memutuskan untuk menggabungkan perdagangan dengan sosialisasi, mengundang penikmat mode untuk datang mengenakan busana terbaik mereka. Salah satu momen paling menonjol adalah pesta The Thousand and Second Night di 1911 di mana Poiret menampilkan gaun kap lampu dan celana harem.
Kemudian ini makin berkembang. Pada 1920-an dan 1930-an, Paris memamerkan kesederhanaan Coco Chanel, karya eksperimental surealis ala Elsa Schiaparelli hingga draping yang mengalir ala Madeleine Vionnet.
Hanya saja, saat itu pertunjukan lebih bersifat kecil, presentasi terbatas untuk klien dan jauh dari fotografer. Hal ini dilakukan karena kecemasan akan penjiplakan.